Saudaraku yang baik hati… Kaidah membaca surah dalam shalat merupakan hal yang sangat jarang kita temui pembahasannya. Biasanya yang dibahas adalah arti, tafsir atau makna dari ayat-ayat dalam surah yang sedang dibaca dalam shalat atau disebut dengan mentadabburi ayat. Mentadabburi ayat adalah mendalami atau menyelami makna ayat, sehingga hati hanyut dalam makna-makna ayat. Tadabbur ayat akan membuat hati yang membacanya atau makmum yang mendenarnya tenggelam dibawa oleh makna ayat dalam penghambaannya kepada Allah SWT.
Sebelum membahas kaidah membaca ayat dalam shalat, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa itu surah dalam Al-Qur’an. Secara Etimologi surah dimaknai sebagai tempat/kedudukan, sebab dalam kenyataannya surah-surah dari Al-Qur’an itu terletak pada tempat-tempatnya masing-masing. Yakni tempat 1 surah setelah surah yang lain, yang satu dengan lainnya terpisah. Sebagian ulama ada yang mengartikan surah sebagai tingkat bagunan, yaitu Sebagian tingkat dari tingkat-tingkat bangunan.
Menurut istilah, menurut Al-Qattani surah adalah sejumlah ayat Al-Qur’an yang mempunyai permulaan dan kesudahan. Menurut Az-Zarqani menjelaskan surah adalah sekelompok/sekumpulan ayat-ayat Al-Qur’an yang berdiri sendiri yang mempunyai permulaan dan penghabisan.
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa surah adalah sekumpulan ayat-ayat Al_qur’an yang mempunyai kesamaan dalam kategori turunnya (makkiyah atau madaniyah) dan diberi nama dengan mengangkat kata-kata yang ditonjolkan didalamnya.
Pengertian-pengertian dari surah yang dijelaskan di atas, belum dapat mengantarkan kita kepada kaidah bahwa surah adalah kumpulan pesan atau wahyu Allah kepada hamba-Nya. Untuk itu, saya memberikan pengertian dari surah, agar ketika membaca surah terjalin komunikasi antara pemberi pesan / wahyu (Allah SWT) dan yang sedang membacakan pesan/wahyu (hamba) kepada Si Pemberi pesan/wahyu (Allah SWT).
Jadi, surah adalah sekumpulan pesan (wahyu) dari Allah SWT yang disampaikan kepada hamba-Nya untuk diamalkan oleh hamba tersebut. Sehingga ketika seseorang dalam shalatnya dia membaca surah. Maka sebenarnya proses yang sedang terjadi adalah seorang hamba sedang membacakan pesan-pesan dari Allah SWT dan bacaan tersebut untuk diperdengarkan kepada Allah SWT, dan pembacaan surah tersebut sebagai bukti bahwa pesan-pesan Allah SWT tersebut sudah sampai kepadanya, serta pesan tersebut pada hakikatnya diperuntukkan kepada dirinya (dan makmum) untuk diamalkan (سَمِعْنَا وَاَطَعْنَ).
Dengan pengertian di atas, pahamlah kita bahwa apabila bila seseorang membaca surah (makmum mendengarkan) adalah proses pernyataan kepada Allah SWT bahwa pesan pada surah tersebut telah sampai kepadanya dan bagaimana respon hati dalam mentadabburi pesan tersbut. Jika ayat yang sedang dibaca adalah:
- Jika kalimat printah, maka hendaknya hati bertekad dihadapan Allah SWT akan mengamalkannya sesuai kemampuan.
- Jika kalimat khabar, maka hendaknya hati mengimaninya dihadapan Allah SWT, dan jika khabar itu adalah khabar baik, maka hati menaruh harap agar mendapatkan kebaikan tersebut. Tetapi jika khabar itu adalah buruk, maka di hati hadir rasatakut dan menaruh harap perlindungan dari Allah SWT dari keburukan tersebut.
- Jika kalimat janji Allah, maka hendaknya hati mengimaninya dihadapan Allah SWT, dan jika janji itu adalah kebaikan, maka hati menaruh harap agar mendapatkan kebaikan tersebut. Tetapi janji itu adalah keburukan, maka di hati hadir rasa takut dan menaruh harap perlindungan dari Allah SWT dari keburukan tersebut.
- Jika kalimat munajat atau permohonan kepada Allah, maka hendaknya hati penuh ketundukan merasa tidak berdaya dan berharap semoga Allah SWT mengabulkan permohonan tersebut.
- Jika kalimat memuji Allah SWT, maka hendaknya hati penuh ketundukan dan merendahkan diri seraya dihati hadir mengagungkan dan meninggikan Allah SWT sesuai dengan kalimat pujian yang sedang diucapkan (makmum mendengarkan).
Contoh : Surah Al-‘Asr
Usahakan kondisi hati sepenuhnya sedang menghadapkan diri kepada Allah SWT (hati hadir menghadap Allah, hati tunduk merendahkan diri di hadapan Allah SWT dan hadirkan rasa takut yang sangat besar kepada Allah SWT. (takut kalau-kalau hati lalai, takut ada salah baik dalam ucapan dan adab dan takut hari pembalasan Nya, karena saat itu Allah SWT benar-benar sedang menegakkan pandangannya kepada orang yang sdang shalat)
Ketika membaca:
- وَالْعَصْرِۙ ; hakikatnya adalah dalam keadaan dilihat dan didengar oleh Allah secara langsung, kita mengatakan kepada Allah: Sesungguhnya Engkau telah bersumpah ya Allah, bersumpah demi masa atau demi waktu Ashar. Hati pun mengimani sepenuh hati bahwa Allah SWT telah bersumpah demi masa atau demi waktu Ashar
- اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ; hakikatnya adalah dalam keadaan dilihat dan didengar oleh Allah secara langsung, kita mengatakan kepada Allah: Sesungguhnya Engkau telah bersumpah bahwa manusia itu benar-benar dalam kerugian. Hati pun mengimani sepenuh hati Allah SWT telah bersumpah bahwa manusia itu benar-benar dalam kerugian.
- اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ; hakikatnya adalah dalam keadaan dilihat dan didengar oleh Allah secara langsung, kita mengatakan kepada Allah: Sesungguhnya Engkau telah bersumpah bahwa manusia yang tidak merugi hanyalah rang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran. Hati pun mengimani sepenuh hati Allah SWT telah bersumpah bahwa yang tidak merugi hanyalah rang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.
Selanjutnya hati bertekat untuk selalu beriman dan beramal soleh, serta berusaha untuk saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.
Wallahu a’lam.