Saudaraku yang baik hati, setelah kita merasakan kekhusyu’an dalam shalat walau masih sedikit, kita harus berusaha agar rasa khusyu’ tersebut terus meningkat. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan rasa khusyu’ dalam shalat antara lain:

1. Mengenal Allah SWT

Saudaraku yang baik hati, bukankah shalat itu proses komunikasi langsung antara seorang hamba dengan Allah SWT. Bagaimana mungkin berhasil terjalin komunikasi yang baik dengan Allah SWT, jika kita sendiri tidak mengenal Allah SWT. Jadi mengenal Allah SWT merupakan pra syarat untuk meraih khusyu’ dalam shalat. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA Pada suatu hari Rasulullah SAW melakukan shalat bersama kami, kemudian Beliau beranjak dan bersabda :

Ya Fulan, mengapa engkau tidak memperbaiki shalatmu ? Apakah orang yang shalat ketika ia shalat tidak melihat bagaimana ia shalat ? Sesungguhnya ketika dia shalat, dia shalat untuk dirinya sendiri. Bukan untuk Allah [HR Muslim]

Orang tersebut ditegur oleh Nabi SAW karena dia shalat untuk dirinya sendiri, bukan untuk Allah SWT. Hal ini terjadi karena orang tersebut tidak mengenal Allah SWT. Sehingga dalam melaksanakan shalat, dia ucapkan bacaan shalat dan dia lakukan gerakan shalat begitu saja tidak dipersembahkan kepada Allah SWT. Jadi, begitu pentingnyalah kita mengenal Allah SWT seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan tentang tauhid.

2. Bersegera dalam melaksanakan shalat dan berdo’a dengan berharap dan takut.

Untuk meraih khusyu’ lakukan persiapan dan bersegera dalam melaksanakan shalat. Sebelum masuk waktu shalat, kita sudah selesai bersih-bersih dan berpakaian bersih dan rapi. Sehingga ketika akan melaksanakan shalat hati dalam keadaan tenang dan tidak terburu-buru. Untuk meraih khusyu’ Allah SWT memerintahkan kepada kita agar berdo’a dengan penuh rasa harap dan disertai rasa takut. Allah SWT berfirman:

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

Artinya: Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka (selalu) berdoa kepada Kami dengan berharap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ (dalam beribadah) [QS Al-Anbiyaa: 90]

Karena khusyu’ adalah karunia dari Allah SWT, maka banyak-banyaklah kita berdo’a kepada Allah SWT agar diberikan kekhusu’an dalam shalat. Nabi SAW bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ مِنْ دُعَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ

Artinya: dari [Abu Hurairah] ia berkata; Salah satu do’a Nabi SAW adalah: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari do’a yang tidak didengar dan dari hati yang tidak khusyuk serta dari jiwa yang tak pernah merasa puas [HR Ibnu Majah]

Perlu kita sadari bahwa dalam berdo’a hati kita harus hadir dan tidak boleh lalai. Karena do’a orang yang hatinya lalai dari apa yang sedang dimunajatkannya Allah SWT tidak akan mengabulkannya. Nabi SAW bersabda:

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

Artinya: Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai [HR Tirmidzi]

3. Memahami Makna Bacaan

Memahami makna apa yang sedang dibaca pada waktu melaksanakan shalat merupakan faktor yang sangat besar dalam meraih khusyu’ dalam shalat. Hal ini karena hati akan meresapi makna bacaan yang diucapkannya kepada Tuhannya, selanjutnya hati akan larut dan khusyu’ akibat dari penghayatan atas pesan-pesan yang ada pada bacaan yang diucapkan. Oleh sebab itu, berusahalah agar bacaan-bacaan shalat dapat dipahami arti dan maknanya.

4. Menyadari Sedang Menghadap Allah Yang Maha Kuasa

Jika ketika kita melaksanakan shalat menyadari bahwa sedang menghadap Allah SWT dan menyadari selama kita shalat, Allah menghadapkan padangannya pada diri kita, tentu kita akan berusaha agar hati kita tidak lalai, karena kita jika Allah SWT menghadapkan padangannya kepada kita, tentu Allah melihat isi hati kita apakah hati kita sedang menghayati makna bacaan shalat atau justru mengingat yang lain. Nabi SAW bersbda:

قَالَ أَبُو ذَرٍّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَزَالُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مُقْبِلًا عَلَى الْعَبْدِ وَهُوَ فِي صَلَاتِهِ مَا لَمْ يَلْتَفِتْ فَإِذَا الْتَفَتَ انْصَرَفَ عَنْهُ

Artinya: Abu Dzar berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Allah Azza wa Jalla senantiasa menghadap kepada seorang hamba dalam shalatnya selama dia tidak menoleh, apabila ia menoleh, maka Allah pun berpaling darinya [HR Abu Daud].

Di dalam hadist lain, Nabi SAW bersabda:  قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِحْسَانِ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

Artinya : Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? Beliau menjawab, kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak bisa beribadah seolah-olah melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu [HR Nasa’i].

5. Mengobati Penyakit Hati

Bukankah hati adalah letaknya khusyu’ dan jika hati khusyu’ maka seluruh anggota badan akan mengikuti. Oleh sebab itu, carilah obat hati agar hati tidak keras dan tidak lalai dalam melakanakan shalat. Syaikh Said Bin Ali Al-Qahthani memberikan penjelasan cara mengobati hati yang keras adalah dengan cara:

a. Memenuhi janji kepada Allah.
Mungkin ada janji kepada Allah SWT yang pernah terucap dan belum dipenuhi seperti nazar dan sebagainya, maka penuhilah janji tersebut.

b. Banyak beristighfar dan berdzikir.
Nabi SAW mengajarkan kepada kita agar membaca istighfar 100 kali setiap hari (sebaiknya bakda Ashar). Nabi SAW bersabda:

عَنْ الْأَغَرِّ الْمُزَنِيِّ قَالَ مُسَدَّدٌ فِي حَدِيثِهِ وَكَانَتْ لَهُ صُحْبَةٌ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِي وَإِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِي كُلِّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ

Artinya: Dari Al Agharr Al Muzani, Musaddad yang pernah menyertai Nabi SAW dalam haditsnya mengatakan; Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya hatiku pernah tertutup dan aku beristighfar kepada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali [HR Abu Daud].

Dan lakukanlah dzikir sesuai tuntunan Nabi SAW seperti dzikir pagi dan petang.

c. Meninggalkan dosa dan bertaubat darinya.
Sesungguhnya setiap dosa yang dolakukan akan menjadikan sebuah noda hitam yang melekat di hati. Semakin banyak dosa dilakukan, maka noda hitam semakin banyak menutupi hati yang membuat hati keras, tidak peka dan akan sulit mendapat khusyu’ dalam shalat

d. Tidak banyak tertawa.
Janganlah banyak tertawa, kerana banyak tertawa akan membuat hati menjadi keras atau mati. Nabi SAW bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُكْثِرُوا الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ

Artinya: Dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kalian  banyak  tertawa, karena  banyak  tertawa  akan mematikan hati”  [HR Ibnu Majah].

e. Sering Mengingat mati.
Orang yang sering mengingat mati, maka hati akan lembut, tidak mengejar dunia, tetapi akan mempersiapkan bekalnya diakhirat, sehingga dia akan bersungguh sungguh untuk memperbaiki shalatnya. Nabi SAW bersabda:

: ” اذْكُرِ الْمَوْتَ فِي صَلاتِكَ , فَإِنَّ الرَّجُلَ إذَا ذَكَرَ الْمَوْتَ فِي صَلَاتِهِ لَحَرِيٌّ أَنْ يُحْسِنَ صَلَاتَهُ وَصَلِّ صَلَاةَ رَجُلٍ لَا يَظُنُّ أَنْ يُصَلِّيَ صَلَاةً غَيْرَهَا، وَإِيَّاكَ وَكُلَّ أَمْرٍ يُعْتَذَرُ مِنْهُ “

Artinya: “Ingatlah mati dalam shalatmu, karena sesungguhnya apabila seseorang ingat mati dalam shalatnya, niscaya termotivasi untuk memperbaiki shalatnya. Shalatlah sebagaimana shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia akan shalat lagi. Hendaklah engkau menjauhi semua urusan yang menyebabkan engkau bersalah [HR Ad-Dailamy].

إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ وَلَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ وَأَجْمِعْ الْيَأْسَ عَمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ

Artinya: Apabila engkau mendirikan shalat, maka dirikanlah dengan sungguh-sungguh (seakan-akan shalat terakhir), janganlah berbicara yang menyebabkan engkau berbuat salah, dan tinggalkan jauh-jauh urusan duniawi yang ada di tangan orang-orang [HR Ibnu Majah].

f. Memberi makan orang miskin dan mengusap kepala anak yatim.
Salah satu penyebab kerasnya hati adalah tidak berbuat baik kepada orang msikin dan anak yatim. Nabi SAW bersabda:  إِنْ أَرَدْتَ أَنْ يَلِينَ قَلْبُكَ ، فَأَطْعِمِ الْمِسْكِينَ ، وَامْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ

Artinya: Jika kamu ingin melunakkan hatimu, berilah makan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim [HR Ahmad]

g. Ziarah kubur dan merenungi nasib para penghuninya.
Ziarah kubur disunnahkan Nabi SAW agar yang melakukan ziarah menyadari bahwa dia suatu saat juga akan seperti yang ada di dalam kubur. Peziarah kubur diharapkan agar merenungi nasib orang yang di alam kubur, apakah mereka baik-baik saja atau sedang disiksa. Selanjutnya muhasabah pada diri kita, jika diri kita yang ada di dalam kubur, akan baik-baik saja atau akan disiksa.

Sehingga kita akan  merenungi apakah selama ini kita sudah banyak beramal solih atau justru banyak berbuat dosa. Dampak ziarah kubur akan memotivasi diri kita untuk memperbaiki diri dan lebih semangat lagi untuk beramal solih. Nabi SAW bersabda:

اَلْقَبْرُ أَوَّلُ مَنَازِلِ الآخِرَةِ فَإِنْ يَنْجُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ

Artinya: Kuburan adalah adalah tempat persinggahan pertama akhirat. Barang siapa yang selamat darinya maka sesudahnya lebih mudah baginya. Dan barang siapa yang tidak selamat darinya maka sesudahnya lebih dahsyat darinya [HR Tirmidzi]

6. Menjauhkan Diri Dari Waswas.

 Waswas dalah pengahalang utama kekhusyu’an dalam shalat. Apabila kita berhasil terhindar dari penyakit hati yang berbahaya ini, berarti kita telah terhindar dari banyak aspek negatif lainnya. Allah SWT berfirman:

مِنْ شَرِّالْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ  Artinya: Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi [QS An-Nas: 4]

 Al-waswas adalah dialog dengan diri sendiri dan bisikan setan, yang keduanya tidak  bermanfaat dan tidak memiliki kebaikan. Ibnul Atsir Rahimahullah  mengatakan Al-waswas adalah dialog dengan diri sendiri dan lintasan pikiran. Nabi SAW bersabda :

Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah membalikkan tipu daya syaitan menjadi waswas [HR Abu Dawud]

7. Menjawab Ucapan Muadzin.

Menjawab ucapan muadzin ketika mengumandangkan adzan akan menggiring hati kita fokus mempersiapkan diri untuk menghadap Allah SWT. Kita menyatakan Maha BesarNya Allah SWT. Kita mengucapkan syahadatain, kita bertawakkal dan berserah diri kepada Allah SWT dengan mengucapkan لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ. Nabi SAW bersabda :

إِذا سمِعْتُمُ النِّداءَ فَقُولُوا مِثْلَ ما يَقُولُ
Artinya: Jika kalian mendengarkan adzan, maka katakanlah seperti yang dia katakan [HR Muslim].

8. Tidak Menahan Buang Angin dan Buang Air Dalam Shalat.

Menahan buang angin atau buang air merupakan gangguan yang akan merusak kekhusu’an dalam shalat. Orang yang dalam shalatnya menahan buang angin atau buang air, maka konsentrasi pikirannya akan terpecah antara bacaan shalat dengan menahan hajat tersebut. Sehingga hilanglah kekhusyu’an dalam shalat. Nabi SAW bersabda:

لاَ صَلاَةَ بِحَضْرَةِ الطَّعَامِ وَلاَ وَهُوَ يُدَافِعُهُ الأَخْبَثَانِ

Artinya: Tidak  ada  shalat  ketika  makanan  telah  dihidangkan, begitu  pula  tidak  ada shalat  bagi  yang  menahan  akhbatsan  (kencing  atau  buang  air  besar).[HR. Muslim].

Dalam hadist di atas, Nabi SAW juga melarang orang melaksanakan shalat apabila makanan telah dihidangkan.  Hal ini khusus untuk orang yang sedang lapar yang akan terbawa dalam shalat dan akan terbayang olehnya makanan, sehingga shalatnya menjadi tidak khusyu’.

9. Mengingat Mati.

Jika kita mengingat mati pada waktu melaksanakan shalat akan menggungah hati untuk memperbaiki shakat kita. Nabi SAW bersabda:

اذْكُرِ الْمَوْتَ فِي صَلاتِكَ , فَإِنَّ الرَّجُلَ إذَا ذَكَرَ الْمَوْتَ فِي صَلَاتِهِ لَحَرِيٌّ أَنْ يُحْسِنَ صَلَاتَهُ وَصَلِّ صَلَاةَ رَجُلٍ لَا يَظُنُّ أَنْ يُصَلِّيَ صَلَاةً غَيْرَهَا، وَإِيَّاكَ وَكُلَّ أَمْرٍ يُعْتَذَرُ مِنْهُ “

Artinya: “Ingatlah mati dalam shalatmu, karena sesungguhnya apabila seseorang ingat mati dalam shalatnya, niscaya termotivasi untuk memperbaiki shalatnya. Shalatlah sebagaimana shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia akan shalat lagi. Hendaklah engkau menjauhi semua urusan yang menyebabkan engkau bersalah [HR Ad-Dailamy].

إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ وَلَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ وَأَجْمِعْ الْيَأْسَ عَمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ

Artinya: Apabila engkau mendirikan shalat, maka dirikanlah dengan sungguh-sungguh (seakan-akan shalat terakhir), janganlah berbicara yang menyebabkan engkau berbuat salah, dan tinggalkan jauh-jauh urusan duniawi yang ada di tangan orang-orang [HR Ibnu Majah]

10. Beristi’adzah atau Ta’awudz.

Saudaraku yang baik hati, lalainya hati kita dalam shalat penyebab utamanya adalah tipu daya syaitan yang bernama Khanzab atau Khinzib yang membisikan dan mengingatkan kepada kita hal-hal yang berkaitan dengan aktifitas kehidupan kita sehari-hari, terutama hal-hal yang penting dan kita butuhkan. Hendaknya kita berlindung kepada Allah SWT dari gangguan syaitan tersebut dengan bereristi’adzah atau ta’awudz :

أَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم
Artinya :Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk

Atau :   أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ   Artinya : Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk

11. Memahami Khusyu’ Sebagai Ruh Dalam Shalat Dan Penyebab Diampuni Dosa

Saudaraku yang baik hati, walaupun khusyu’ dalam shalat hukumnya sunnah (bukan wajib), tetapi nilai shalat ditentukan dengan tingkat kekhusyu’an dan khusyu’ berperan sebagai ruh dalam shalat. Sehingga jika kita melaksanakan shalat tidak khusyu’, maka ibarat badan tanpa ruh. Dan ini sudah dijelaskan sebelumnya bahwa shalat seseorang hanya mendapat pahala sepersepuluh atau sepersembilan atau seperdelapan atau sepertujuh atau seperenam atau seperlima atau seperempat atau sepertiga atau seperdua dari pahala shalatnya. Tergantung pada berapa lama hatinya khusyu’ ketika shaat. Dengan menyadari hal ini, maka kita akan berusaha untuk meningkatkan kekhusyu’an agar mendapat ganjaran pahala yang besar.

Shalat yang khusyu’ juga akan menjadi penyebab diampuninya dosa. Sehingga jika kita menyadari hal ini, maka kita akan berusaha agar agar shalat kita khusyu’ karena Allah telah menawarkan keampunan dosa. Seperti yang tersebut dalam hadist Nabi SAW :

مَنۡ تَوَضَّأَ مِثۡلَ وُضُوئِي هَذَا، ثُمَّ صَلَّى رَكۡعَتَيۡنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفۡسَهُ، غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنۡ ذَنۡبِهِ
Artinya: Siapa yang berwudhu` seperti wudhu`ku ini, lalu shalat dua raka’at yang tidak terbetik dalam benaknya kecuali perkara shalatnya, maka Allah akan ampuni dosanya yang telah lalu. [HR Abu Daud]

12. Tidak Menghadap / Memandang Pada Hal Yang Membuat Hati Lalai.

Ketika shalat terkadang dihadapan kita atau di sajadah shalat yang kita gunakan terdapat gambar. Gambar tersebut apabila dipandang akan mengganggu kekhusyu’an. Nabi SAW juga merasakan hal tersebut, seperti yang dijelaskan dalam hadist berikut.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ كَانَ قِرَامٌ لِعَائِشَةَ سَتَرَتْ بِهِ جَانِبَ بَيْتِهَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمِيطِي عَنَّا قِرَامَكِ هَذَا فَإِنَّهُ لَا تَزَالُ تَصَاوِيرُهُ تَعْرِضُ فِي صَلَاتِي
Artinya: Dari Anas bin Malik RA, bahwa kain tipis milik ‘Aisyah RA digunakan untuk gorden, Nabi SAW lalu bersabda: “Singkirkanlah kain ini dari kita, karena gambar-bambarnya selalu menggangguku dalam shalatku” [HR Bukhari]

Oleh sebab itu, hindarilah gorden atau dinding atau tempat sujud yang bergambar. Karena Nabi SAW yang shalatnya paling khusyu’ saja merasa terganggu dengan gambar yang ada di gorden yang ada di depan Nabi SAW ketika shalat, apa lagi kita yang tingkat kekhusyu’annya yang masih diragukan. Jika sajadah tempat sujud kita ada gambarnya, maka ushakanlah untuk menutupnya dengan yang tidak bergambar seperti sapa tangan atau lainnya.

Saudaraku yang baik hati, jika dihadapan atau di sajadah tempat sujud kita terdapat gambar atau pola yang mengganggu kekhusyu’an shalat kita, maka solusinya adalah sadarilah bahwa kita sedang berhadapan dengan Allah SWT yang Maha Besar dan Maha Agung, kemudian pandanglah tempat sujud dengan pandangan yang tidak sampai terbawa ke dalam pikiran kita. إِنْ شَاءَ اللَّهُ gangguan dapat diminimalisir.

13. Tidak Menguap Dalam Shalat.

Kita sudah mengetahui bahwa selama kita melaksanakan shalat syiatan (Khinzib/Kanzab) berusaha untuk mengganggu dan merusa shalat kita dengan berbagai cara seperti membisikkan sesuatu atau membuat kita menguap. Orang yang menguap ketika shalat berarti dia sedang diganggu oleh syaitan. Karena menguap itu berasal dari syaitan. Nabi SAW bersabda:

التَّثَاؤُبُ فِي الصَّلاةِ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَكْظِمْ مَا اسْتَطَاعَ
Artinya: Menguap ketika shalat adalah dari setan, jika salah seorang dari kalian menguap, maka tahanlah semampunya [HR At-Tirmidzi].

Oleh sebab itu, jika kita sedang shalat dan hendak menguap, maka tahanlah semampunya hingga tidak terjadi menguap. Karena menguap itu datangnya dari syaitan sehingga akan mengganggu kekhusyu’an shalat kita.

14. Tidak Shalat di Tempat yang Ada Aroma yang Tidak Sedap.

Aroma yang tidak sedap seperti aroma bawang, jengkol, bau badan dan lainnya akan mengganggu orang yang sedang shalat. Oleh sebab itu janganlah shalat di tempat yang ada aroma yang tidak sedap, agar shalat kita bisa khusyu’. Nabi SAW bersabda :

أَنَّ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَكَلَ ثُومًا أَوْ بَصَلًا فَلْيَعْتَزِلْنَا أَوْ لِيَعْتَزِلْ مَسْجِدَنَا وَلْيَقْعُدْ فِي بَيْتِهِ
Artinya: Bahwa Jabir bin Abdullah berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa makan bawang putih dan bawang merah, maka hendaknya ia menjauhi masjid kami dan duduk di rumahnya [HR Abu Dawud].

15. Shalat Menghadap dan Mendekat Pada Pembatas.

Salah satu cara untuk meningkatkan kekhusyu’an dalam shalat adalah dengan cara menghadap dan mendekati pada pembatas (sutrah) atau menaruh pembatas di depannya (jika jauh dari dinding). Hal ini dikhususkan bagi imam atau orang yang shalat sendirian. Nabi SAW bersabda:

قَالَ سُفْيَانُ مَرَّةً إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ إِلَى سُتْرَةٍ فَلْيَدْنُ مِنْهَا مَا لَا يَقْطَعُ الشَّيْطَانُ عَلَيْهِ صَلَاتَهُ
Artinya: Sufyan berkata dengan redaksi Rasulullah (bukan nabi) SAW bersabda: “Jika salah seorang  di antara kalian  shalat  dengan  pembatas, mendekatlah kepada pembatas tersebut, sehingga setan tidak dapat memotong shalatnya. [HR Ahmad].

16. Waspada Terhadap Kelalaian.

Saudaraku yang baik hati, mewaspadai terhadap kelalaian sangat penting. Karena selama melaksanakan shalat syaitan (Khinzip) berusahan agar hati kita lalai dari apa yang sedang kita ucapkan/baca. Oleh sebab itu, waspada dan berusahalah agar hati tidak lalai. Allah SWT berfirman:

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ
Artinya: Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai [QS Al-A’raf: 205]

Bukankah salah satu makna shalat adalah do’a, dan do’a yang dipanjatkan kepada Allah SWT dengan hati yang lalai tidak akan dikabulkan. Hal ini dijelaskan dalam hadist Nabi SAW :

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَه
Artinya: Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai [HR AT-Tirmidzi]

Sebelumnya juga sudah disampaikan bahwa nilai pahala shalat tergantung berapa dalam hatinya khusyu’ selama kita melaksanaan shalat.

17. Membiasakan Diri Dengan Dzikir Setelah Selesai Shalat Fardhu.

Melakukan dzikir setelah shalat fardhu adalah sebagai amalan sunnah yang dianjurkan oleh Nabi SAW. Dzikir setelah shalat fardhu berisikan bacaan-bacaan yang pujian-pujian kepada Allah SWT yang akan berdampak pada ketenangan hati dan merasakan hubungan kita dengan Allah SWT terasa semakin baik. Dzikir-dzikir tersebut akan melatih hati kita untuk meningat Allah SWT, melatih diri kita untuk tunduk dan merendahkan diri di hadapan Allah SWT. Kalau hal ini dilakukan terus menerus, maka hati kita akan semakin lembut dan peka yang akan melahirkan getaran-getaran akibat dari tersentuhnya hati. Dengan membiasakan dzikir setelah shalat fardhu ini membuat hati semakin mudah untuk khusyu’.

18. Membiasakan Diri Melakukan Shalat Rawatib.

Shalat sunnat Rawatib merupakan shalat sunnat yang berfungsi untuk menutup atau menambal atas kekurangan-kekurangan yang dilakukan pada shalat fardhu. Melakukan shalat rawatib sebelum shalat fardhu dapat membangun hati yang bersih dan mempersiapkannya untuk dapat khusyu’ dalam melakukan shalat fardhu. Sedangkan membiasakan diri melakukan shalat rawatib setelah shalat fardhu dapat menambal atau memperbaikai nilai shalat fardhu.