Bagi saudaraku yang baik hati yang belum merasakan rasanya khusyu’ dalam shalat, berikut adalah contoh rasa khusyu’.

Bagi saudaraku yang salah satu atau kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Coba diingat, pada saat mayat sudah dikafani dan mayat ada di depan kita. Lalu kita mengadahkan tangan seraya mendo’akannya. Pada saat kita menyebut “Ya Allah, ampunilah dosa ayah/ibu ku ini” atau (اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ )لها, hati kita saat itu khusyu’, tertegun, bergetar dan penuh harap dan total kepada Allah SWT. Apakah pada saat itu do’a kita ucapkan secara sembarang ? terburu-buru ? tidak tahu makna yang kita ucapkan ? hati melayang kemana-mana ?  apakah tidak penuh harap ? Apa yang saudaraku saat itu rasakan, itulah contoh sederhana rasa khusyu’.

Berdo’alah kepada Allah SWT agar diri kita diberikan rasa khusyu’ dalam shalat. Apabila kita sudah diberi kekhusyu’an dalam shalat walau hanya sedikit, maka syukurilah rasa khusyu’ yang sedikit tersebut. Karena Allah SWT telah berjanji, barang siapa yang mensyukuri atas nikmat yang telah diberikan, maka Allah SWT akan menambahnya. Allah SWT berfirman:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Artinya: Dan  (ingatlah  juga), tatkala  Tuhanmu  memaklumkan; “Sesungguhnya  jika  kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari  (nikmat-Ku), maka  sesungguhnya  azab-Ku sangat pedih [QS Ibrahim 7]

Inilah salah satu cara yang dapat kita tempuh agar Allah SWT terus menambah kekhusyu’an pada diri kita dalam shalat. Jika kita terus-menerus mensyukuri rasa khusyu’ walau sedikit, maka insya Allah rasa khusyu’ kita akan terus ditambah oleh Allah SWT.

Saudaraku yang baik hati, jika kita termasuk orang yang dapat merasakan khusyu’ dalam shalat, maka bersyukurlah kepada Allah SWT dalam artian syukur yang sebenar-benarnya. Karena Allah SWT telah memasukkan kita ke dalam orang-orang yang beuntung di sisi Allah SWT. Sesuai dengan firman Allah SWT:

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ. الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ

Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya [QS Al-Mukminun: 1-2]

Sesungguhnya khusyu’ dalam shalat merupakan nikmat yang sangat besar dari Allah SWT. Karena khusyu’ dalam shalat merupakan nikmat Allah SWT yang langka ditemukan di akhir zaman ini. Hal ini telah dikabarkan oleh Nabi SAW berikut ini.

أَوَّل مَا يُرْفَعُ مِن هَذِهِ الأُمَّةِ الْخُشُوعُ حَتَّى َلَا تَرَى فِيهَا رَجُلًا خَاشِعًا

Artinya: Yang pertama kali diangkat dari umatku adalah khusyu’, sehingga engkau tidak akan melihat seorang pun yang khusyu [HR Ath-Thabrani]

Diriwayatkan dari At-Tirmidzi, Abu Darda RA berkata “Kalau kamu mau, aku akan ceritakan kepadamu tentang ilmu pertama yang dicabut dari manusia, yaitu khusyu’. Bisa jadi engkau masuk ke dalam mesjid jami’ untuk shalat berjamaah, tetapi engkau tidak mendapati seorangpun yang khusyu’ di sana”.

Saudaraku yang baik hati, demikianlah betapa beruntungnya orang-orang yang meraih kekhusyu’an dalam shalat. Karena Allah SWT hanya memberikan rasa khusyu’ itu kepada orang-orang yang dikehendakiNya. Jika saudaraku sudah mendapatkan rasa khusyu’ dalam shalat walau hanya sedikit, maka sadarilah bahwa saudaraku adalah termasuk dalam golongan orang-orang yang dikehendaki oleh SWT untuk mendapatkan kekhusyu’an. Oleh sebab itu, syukurilah dengan rasa syukur dalam arti syukur yang sebenarnya, niscaya Allah SWT akan menepati janjinya, yaitu akan menambah rasa khusyu’ dalam diri saudaraku.

Diriwayatkan oleh Ad-Darimi bahwa “Orang yang paling bodoh adalah orang yang meninggalkan ilmu yang dikuasainya. Orang yang paling pandai adalah orang yang bekerja sesuai dengan ilmu yang dikuasinya. Orang yang terbaik adalah orang yang paling khusyu’ kepada Allah SWT”.

Bahkan Allah SWT mengingatkan kepada orang-orang yang shalatnya lalai:

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

Artinya: Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat.  (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya [QS Al-Ma’un: 4-5]

Lakukan terus pembaharuan khusyu’ diri kita dengan terus memperbaiki kualitas khusyu’ sesuai dengan yang telah dijelaskan oleh Syaikh Said bin Ali Al-Qahthani bahwa khusyu’ itu adalah (a) kelembutan, (b) ketundukan, (c) kepekaan, (d) ketenangan  dan (e) konsentrasi di kala hati terselimuti oleh ketaatan kepada Allah SWT, dan selanjutnya diikuti oleh seluruh anggota tubuh, baik lahir maupun batin.

Saudaraku yang baik hati, evaluasi terus kekhusyu’an dalam shalat dan perhatikan kriteria khuysu’ di atas yang belum terlaksana dalam shalat dan terus diperjuangkan, terus bersyukur dan terus bermohon kepada Allah SWT. Terus diingat bahwa yang membedakan khusyu’ dengan lalai

Bagi saudaraku yang telah meraih kekhusyu’an dalam shalat, maka teruslah berjuang untuk meningkatkan kekhusyu’an hingga mencapai suatu titik kekhusyu’an, yaitu konsentrasi di saat hati terselimuti oleh ketaatan kepada Allah SWT dan merasakan ketenangan lahir dan bathin.