Saudaraku yang baik hati, setelah kita ketahui rukun dalam shalat, selanjutnya kita membahas tata cara shalat sesuai tuntunan Nabi SAW. Sesuai dengan hadist Nabi SAW : صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
Artinya: Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat [HR Bukhari]
Tata cara shalat adalah sebagai berikut:
1. Berwudhu’ sebelum shalat
Dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 6 Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki [QS Al-Maidah: 6]
Nabi SAW bersabda: إِذا قمتَ إِلى الصلاة فأسبغ الوضوء، ثمَّ استقبِل القبلة فكبِّر
Artinya: Jika kamu hendak melakukan shalat, maka sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadaplah ke arah kiblat dan takbirlah [HR Bukhari]
2. Menghadap kiblat
Menghadap kiblat merupakan syarat dalam melakukan shalat. Yaitu menghadap ke arah Kiblat yang dimaksud adalah Masjidil Haram. Hal ini sesuai firman Allah SWT:
قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ
Artinya: Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya [QS Al-Baqarah: 144]
3. Berniat untuk melakukan shalat
Waktu niat dilakukan di awal ibadah, atau sesaat sebelumnya. Yang paling utama adalah berbarengan dengan takbiratul ihram sebagai langkah keluar dari perbedaan dengan orang yang mensyaratkan hal terebut. Al-Imam Asy-Syafi’i menjelaskan bahwa niat itu tiada memadai, selain bahwa ada bersama takbir. Ia tidak mendahului takbir dan tidak sesudahnya.
Syekh Abdul-Aziz bin Baz rahimahullah berkata, “Niat hendaknya dilakukan bersama takbiratul ihram, ini yang lebih utama, namun jika dilakukan sesaat sebelumnya
juga tidak mengapa. Disyaratkan bersama niat shalat adalah menentukan shalat apa yang akan dilakukan, misalnya Zuhur, Ashar, Jum’at, Witir, rawatib, untuk rnembedakannya satu sama lain, namun sah jika dia niat shalat sunnah secara mutlak.
4. Melakukan Takbiratul Ihram
Takbiratul ihram dilakukan dalam keadaan berdiri, niat di dalam hati dengan menentukan shalat yang dikehendakinya; apakah fardhu atau sunnah dengan niat ibadah kepada Allah Ta’ala, seraya mengucapkan takbir (الله أكبر). Lalu pandangannya diarahkan ke tempat sujud, sedangkan kedua tangannya diangkat dengan jari rapat dan terbuka sejajar dengan pundak atau kedua telinganya.
Berdasarkan hadist-hadist yang ada, terdapat tiga cara dalam mengangkat tangan dan pengucapan takbir pada saat takbiratul ihram, yaitu:
a. Mengangkat kedua tangan, kemudian bertakbir.
Hadist Nabi SAW: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ لِلصَّلَاةِ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى تَكُونَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ كَبَّرَ
Artinya: Rasululllah apabila mendirikan shalat maka beliau mengangkat kedua tangannya hingga menjadi sejajar dengan kedua pundaknya, kemudian bertakbir [HR Muslim]
b. Melakukan takbir kemudian mengangkat kedua tangannya
Hadist Nabi SAW: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فَكَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ
Artinya: Sesungguhnya Rasulullah SAW berdiri lalu takbir dan mengangkat kedua tangannya. [HR Ad-Darimi]
c. Mengangkat tangan kedua tangan bersamaan dengan takbir
Hadist Nabi SAW:
أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَتَحَ التَّكْبِيرَ فِي الصَّلَاةِ فَرَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ يُكَبِّرُ حَتَّى يَجْعَلَهُمَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ
Artinya: Dari Abdullah bin ‘Umar Radliallahu ‘anhuma berkata, “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memulai shalat dengan bertakbir. Beliau mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir hingga meletakkan kedua tangannya sejajar dengan pundaknya [HR Bukhari]
5. Melatakkan tangan di dada (sedekap) setelah takbir
Meletakkan tangan di dada, tangan kanan diletakkan di atas punggung telapak tangan kiri, atau di pergelangannya atau antara pergelangan dan siku.
عَنْ طَاوُسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى ثُمَّ يَشُدُّ بَيْنَهُمَا عَلَى صَدْرِهِ وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ
Artinya: Dari Thawus, dia berkata, ‘Rasulullah SAW meletakkan tangan kanan di atas tangan kirinya, kemudian menarik keduanya di atas dada, sedang beliau dalam keadaan shalat [HR Abu Daud]
6. Membaca do’a iftitah
Setelah takbir dan sedekap, selanjutnya adalah membaca do’a iftitah. Seperti yang dijelaskan dalam hadist Nabi SAW:
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ كَبَّرَ ثُمَّ قَالَ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Artinya: Dari Ali bin Abu Thalib RA, dia berkata; “Apabila Rasulullah SAW hendak mengerjakan shalat, beliau bertakbir kemudian membaca; “Wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardli haniifam muslima wamaa ana minal musyrikin, inna shalaati wa nusukii wa mahyaaya wa mamaati lillahi rabbil ‘aalamin, laa syariikalahu wa bidzaalika umirtu wa anaa awwalul muslimin (Aku hadapkan muka-Ku ke hadirat Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dengan tunduk dan menyerahkan diri, dan tidaklah aku termasuk golongan orang-orang Musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah untuk Allah Penguasa seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan demikian aku di perintah, dan aku adalah dari golongan orang-orang Islam (yang menyerah diri)) [HR Abu Daud]
Saudaraku yang baik hati, lafadz do’a iftitah cukup banyak. Dalam Buku Sifat Shalat Nabi karya Syaikh Muhammad Nasiruddin Al-Albani terdapat 12 lafadz do’a iftitah. Saudaraku silahkan memilih do’a iftitah yang menurut saudaraku paling afdhol. Dan yang umum dibaca adalah:
a. اللهُ اَكْبَرُ كَبِرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَشِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا
Artinya: Allah Maha Agung lagi Maha Besar. Segala puji yang begitu banyak hanya bagi Allah. Maha Suci Allah pada pagi dan petang hari.
Pernah do’a iftitah ini dibaca oleh seorang sahabat, kemudian Nabi SAW bersabda: “Aku kagum, pintu-pintu langit telah dibuka karena bacaan ini.[HR Muslim]
b. اللهُ اَكْبَرُ كَبِرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَشِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا . اِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَا وَاتِ وَالْااَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ . اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ . لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَ لِكَ اُمِرْتُ وَاَنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Artinya: Allah Maha Agung lagi Maha Besar. Segala puji yang begitu banyak hanya bagi Allah. Maha Suci Allah pada pagi dan petang hari. Aku menghadapkan wajahku kepada Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap kepatuhan dan kepasrahan diri, dan aku bukanlah termasuk orang orang yang menyekutukanNya. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah kepunyaan Allah, Tuhan semesta alam, yang tiada satu pun sekutu bagiNya. Dengan semua itulah aku diperintahkan dan aku adalah termasuk orang orang yang berserah diri (Muslim). [Imam Nawawi]
Doa ini dicantumkan Imam Nawawi dalam Al Adzkar.
c. اَللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِى وَبَيْنَ خَطَايَاىَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ . اللَّهُمَّ نَقِّنِى مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ . اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَاىَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
Artinya: Ya Allah jauhkanlah aku dari dosa-dosaku sebagaimana engkaujauh kan antara timur dan barat. Ya Allah bersihkanlah aku dari dosa-dosaku sebagaimana bersihnya pakaian putih dari kotoran. Ya Allah cucilah aku dari dosa-dosaku dengan air, salju dan es yang dingin. [HR Bukhari]
Doa iftitah ini biasa dibaca Nabi SAW saat shalat fardhu.
d. Do’a iftitah yang lain, seperti sabda Nabi SAW:
Artinya:
Dari Abu Said Al Khudri ra, dia berkata, Apabila Rasulullah SAW bangun untuk shalat malam, beliau bertakbir, kemudian mengucapkan, Subhaana kallaahumma wabihamdika, wa tabaarakas-muka, wa ta’aala jadduka, walaa ilaaha ghairaka (Maha Suci Engkau wahai Allah, aku sucikan Engkau dengan memuji-Mu, Maha Berkah Nama Engkau, Maha Luhur keluhuran Engkau dan tidak ada Tuhan selain Engkau. Kemudian beliau mengucapkan. Laa ilaaha illallaahu (Tidak Ada Tuhan selain Allah) 3 kali, kemudian mengucapkan, Allaahu Akbar kabiira (Allah Maha Besar, sungguh Maha Besar) 3 kali, A’udzu billaahis sami’il ‘aliimi minasysyaithanir rajimi min hamzihi wa nafkhihii wu naftsihii (Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, dari godaan syaitan yang terkutuk, dari hasud fitnahnya, dari hembusan dan tiupannya), kemudian beliau membaca (Al Fatihah). [HR Abu Daud]
Pada hadist di atas, Nabi SAW membaca do’a iftitah yang yang mana pada buku Sifat Shalat Nabi Muhammad Nasiruddin Al-Albani membagi menjadi beberapa do’a iftitah yang terpisah:
a. سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إلَهَ غَيْرُكَ
b. لاَ إِلَه إِلاَّ الله َz3x اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا 3 x3x
7. Membaca Ta’awudz
Pada hadist Nabi SAW nomor 93 di atas menjelaskan bahwa Nabi SAW setelah mengucapkan do’a iftitah, beliau mengucapkan ta’awudz: أَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ
Artinya: Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk, dari tiupen, kesombongan, dan godaannya
Firman Allah SWT: فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Artinya: Apabila kamu membaca AI-Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari seitan yang terkutuk.[QS An-Nahl: 98]
Bacaan ta’awudz adalah: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Artinya: Aku berlindung kepada Allah Subhanawata’ala dari setan yang terkutuk
8. Membaca Basmalah
Saudaraku yang baik hati, tentang membaca basmalah (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ )
pada waktu shalat terdapat perbedaan pendapat (khilafiyah). Perbedaan ini masing-masing mempunyai dalil.
a. Membaca secara jahr (dikeraskan)
Yang mengamalkan membaca basmalah secara jahr umumnya dari kalangan Syafi’iyah. Kaum Syafi’iyah berdalil bahwa surat Al-fatihah terdiri dari 7 ayat dan basmalah termasuk 1 ayat dari yang 7 ayat tersebut. Dalilnya:
إِذَا قَرَأْتُمِ : الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاقْرَءُوا : بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِنَّهَا أُمُّ الْقُرْآنِ , وَأُمُّ الْكِتَابِ , وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي , وَبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِحْدَاهَا
Artinya: Jika kalian membaca alhamdulillahi rabbil’aalamiin maka bacalah bismillahir rahmanir rahim, karena ia adalah ummul qur’an, ummul kitab dan 7 rangkaian ayat, dan bismillahir rahmanir rahim salah satunya” [HR. Al- Baihaqi]
Karena basmallah dinilai sebagai bagian dari surat Al-Fatihah, maka basmalah dibaca secara jahr (dikeraskan).
b. Membaca secara sir (tidak dijahrkan)
Bagi yang mengamalkan membaca basmalah secara sir mempunyai dalil:
Artinya: Dari Anas RA bahwasanya Nabi SAW, Abu Bakar RA, Umar RA dan Usman RA, mereka biasa memulai bacaan dengan, “Alhamdu lillaahi rabbil ‘Aalamiin [HR Abu Daud]
Berdasarkan hadist ini sebagian kaum muslimin membaca basmalah dengan cara sir atau tidak dijaharkan.
Saudaraku yang baik hati, sekali lagi bahwa jika ada perbedaan pendapat (khilafiyah) seperti ini, mari kita saling menghormati. Karena masing-masing mempunyai dalil.
9. Membaca Surat Al-Fatihah
Membaca surat Al-Fatihah dalam shalat hukumnya wajib. Sehingga apabila surat Al-Fatihiah tidak dibaca, maka shalat menjadi batal atau tidak sah. Hal ini sesuai dengan hadist Nabi SAW: لَاصَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
Artinya: Tidak cukup (sah) shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (surat al-Fatihah) [HR Muslim]
Saudaraku yang baik hati, ketahuilah bahwa saat kita membaca surat Al-Fatihah sebenarnya Allah SWT mendengar dan menjawab setiap ayat yang kita baca. Hal ini dijelaskan dalam hadist Nabi SAW:
أَبَا هُرَيْرَةَ …قَالَ يَا ابْنَ الْفَارِسِيِّ فَاقْرَأْهَا فِي نَفْسِكَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ فَنِصْفُهَا لِي وَنِصْفُهَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ يَقْرَأُ الْعَبْدُ فَيَقُولُ { الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ } فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَمِدَنِي عَبْدِي فَيَقُولُ { الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ } فَيَقُولُ اللَّهُ أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي فَيَقُولُ { مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ } فَيَقُولُ مَجَّدَنِي عَبْدِي وَهَذَا لِي وَبَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } وَآخِرُ السُّورَةِ لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ يَقُولُ { اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
Artinya: Abu Hurairah berkata; “Hai Ibnu Al Farisi, bacalah sendiri, aku pernah mendengar Rasulullah SAW: “Allah Ta’ala berfirman: Aku membagi shalat antara Aku dan hambaKu menjadi dua bagian, separuhnya untukKu dan separuhnya untuk hambaKu, dan hambaKu berhak mendapat yang ia meminta. Bila seorang hamba membaca Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman; HambaKu memujiKu. Bila hamba membaca “Arrahmaanirrahiim, “Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: “HambaKu memujaku.” Bila hamba membaca “maaliki yawmiddiin, ” Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: “HambaKu mengagungkanKu, dan ini untukKu, antara Aku dan hambaKu; iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin dan akhir surat untuk hambaKu dan hambaKu berhak mendapatkan yang ia minta, ia membaca: Ihdinash shiraathal mustaqiim shiraathal ladziina an’amta ‘alaihim gharil maghdluubi ‘alaihim waladl dlaalliin [HR Tirmidzi]
Atas dasar hadist qudsi ini, diharapkan kita menyadari bahwa saat kita membaca surat Al-Fatihah, sedang terjadi dialog langsung antara kita dengan Allah SWT. Oleh sebab itu, lakukanlah pengucapan surat Al-Fatihah dengan penuh adab dan diucapkan per 1 ayat kemudian berhentilah sejenak, dan lanjutkan ke ayat berikutnya, kemudian berhentilah sejenak dan seterusnya sampai selesai. Karena sesungguhnya Allah SWT menjawab di setiap 1 ayat kita ucapkan.
Apabila selesai membaca surat Al-Fatihah maka dilanjutkan dengan membaca Aaamiin (آمِيْن). Apabila Surat Al-Fatihah dibaca dengan jahr (suara keras), maka آمِيْن juga diucapkan jahr. Jika Surat Al-Fatihah dibaca dengan sir (suara pelan), maka آمِيْن juga dibaca sir. Hadist Nabi SAW:
إِذَا أَمَّنَ الْقَارِئُ فَأَمِّنُوا فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تُؤَمِّنُ فَمَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ الْمَلَائِكَةِ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: Jika pembaca (imam) membaca, ‘Aamiin ‘ maka ucapkanlah ‘Aamiin ‘ karena para malaikat juga ikut mengucapkan, ‘Aamiin’. Barang siapa bacaan aamiin-nya bersamaan dengan bacaan aamiin para malaikat, Allah mengampuni dosanya yang lalu [HR An-Nasa’i]
10. Membaca Surat Setelah Membaca Al-Fatihah
Saudaraku yang baik hati, setelah membaca surat Al-Fatihah, kita diam sejenak sebagai thumakninah, selanjutnya disunnahkan untuk membaca surat. Surat yang dibaca adalah surat yang sifatnya tidak memberatkan. Pembacaan surat dilakukan pada Dalam dua rakaat Subuh dan Jumat, dan dua rakaat pertama shalat Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan dalam semua rakaat pada shalat-shalat sunnah. Hadist Nabi SAW:
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي بِنَا فَيَقْرَأُفِي الظُّهْرِوَالْعَصْرِفِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ وَيُسْمِعُنَا الْآيَةَ أَحْيَانًا وَكَانَ يُطَوِّلُ الرَّكْعَةَ الْأُولَى مِنْ الظُّهْرِ وَيُقَصِّرُ الثَّانِيَةَ وَكَذَلِكَ فِي الصُّبْحِ
Artinya: Dari Abu Qatadah RA dia berkata, “Dahulu Rasulullah shalat bersama kami (sebagai imam), lalu membaca al-fatihah dan dua surat dalam shalat zhuhur dan ashar pada dua raka’at yang pertama. Dan terkadang beliau memperdengarkan (bacaan) ayat. Beliau memanjangkan raka’at pertama dari shalat zhuhur dan memendekkan surat yang kedua. Dan demikian juga dalam shalat shubuh [HR Muslim]
11. Melakukan Ruku’
Saudaraku yang baik hati, setelah selesai membaca surat kita diam sejenak sebagai thumakninah. Selanjutnya melakukan takbir untuk melakukan ruku’. Lakukan takbir sebagaimana kita melakukan takbiratul ihram. Firman Allah SWT: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan [QS Al-Haj: 77]
Sabda Nabi SAW :
Artinya: Dari ‘Abdullah bin ‘Umar RA berkata, “Aku melihat jika Rasulullah SAW berdiri shalat,beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan pundaknya. Beliau melakukan seperti itu ketika takbir untuk rukuk [HR Bukhari]
12. Bacaan Ketika Ruku’
Saudaraku yang baik hati, ada beberapa bacaan pada saat ruku’, yaitu:
a. Artinya: Maha suci rabbku yang maha agung. 3x سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ
b. Artinya: Maha Suci Rabbku yang maha agung dan maha terpuji. 3x سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
c. Artinya: Maha suci Engkau wahai rabb kami, سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku.
d. Artinya: Mahasuci lagi Maha Qudus, سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
Rabbnya para malaikat dan ruh
13. Berdiri I’tidal
Setelah selesai membaca do’a ruku’, maka diam sejenak (thumakninah) kemudian bangkit ruku’ ke posisi berdiri tegak seraya mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu atau telinga seperti pada saat takbiratul ihram dengan mambaca سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ bagi imam atau bagi yang shalat sendirian. Jika sebagai makmum dibaca رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ atau رَبَّنَاوَلَكَ الْحَمْدُ
14. Bacaan Ketika I’tidal
a. Jika sebagai imam atau sedang shalat sendirian, maka membaca do’a i’tidal:
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّموَاتِ وَمِلْءُ اْلاَرْضِ وَمِلْءُمَاشِئْتَ مِنْ شَيْئٍ بَعْدُ
Artinya: Wahai Tuhan Kami ! Hanya Untuk-Mu lah Segala Puji, Sepenuh Langit Dan Bumi Dan Sepenuh Barang Yang Kau Kehendaki Sesudahnya.
b. Jika sebagai makmum, maka melanjutkan membaca do’a i’tidal:
مِلْءُ السَّموَاتِ وَمِلْءُ اْلاَرْضِ وَمِلْءُمَاشِئْتَ مِنْ شَيْئٍ بَعْدُ
Artinya: Sepenuh langit dan bumi dan sepenuh barang yang Kau kehendaki sesudahnya.
Setelah selesai membaca do’a i’tidal, diamlah sejenak (thumakninah) selanjutnya membaca takbir untuk melakukan sujud.
15. Melakukan Sujud
Allah SWT berfirman: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan [QS Al-Haj: 77]
Nabi SAW bersabda: ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا
Artinya: Kemudian sujudlah kamu hingga kamu tenang (thuma’ninah) dalam sujudmu, dan bangkitlah dari sujud hingga kamu tenang (thuma’ninah) dalam keadaan duduk [HR Bukhari]
إِذَا صَلَّى فَرَجَ بَيْنَ يَدَيْهِ حَتَّى يَبْدُوَ بَيَاضُ إِبْطَيْهِ
Artinya: Jika Nabi SAW melaksanakan shalat, beliau membentangkan kedua lengannya hingga tampak putih ketiaknya. [HR Bukhari]
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةٍ لَا أَكُفُّ شَعَرًا وَلَا ثَوْبًا
Artinya: Dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Aku diperintahkan untuk melaksanakan sujud dengan tujuh anggota sujud, dan dilarang mengumpulkan rambut atau pakaian (sehingga menghalangi anggota sujud).
Saudaraku yang baik hati, lakukanlah sujud sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunan Nabi SAW. Karena sesungguhnya seorang hamba paling deket dengan Tuhannya adalah pada saat sujud. Nabi SAW bersabda:
أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
Artinya: Keadaan hamba yang paling dekat dengan Allah Azza wa Jalla adalah saat ia sujud, maka perbanyaklah berdoa saat sujud.[HR An-Nasa’i]
16. Bacaan Ketika Sujud
Ada beberapa bacaan dalam sujud yang dapat dipilih, antara lain:
a. Artinya:Mahasuci Tuhanku yang Mahatinggi 3 x سُبْحَانَ رَبِّىَ الْأَعْلَى
b. Artinya: Mahasuci Tuhanku yang Mahatinggi 3 x سُبْحَانَ رَبِّىَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ
dan segala puji bagiNya
c. Artinya: Mahasuci Engkau, ya Allah سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْلِى
Tuhan kami dan segala puji bagiMu. Ya Allah ampunilah aku
Apabila sudah selesai membaca do’a sujud, tenanglah sejenak (thumakninah). Karena tidak diterima shalat seseorang yang sujudnya tidak thumakninah.
17. Duduk Antara Dua Sujud
Nabi SAW bersabda: وَإِذَا قَعَدَ اطْمَأَنَّ عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى
Artinya: Bila beliau (Nabi SAW) duduk maka beliau duduk dengan tenang di atas paha kirinya [HR An-Nasa’i]
ثُمَّ جَلَسَ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَأَقْبَلَ بِصَدْرِ الْيُمْنَى عَلَى قِبْلَتِهِ وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنَى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُمْنَى وَكَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُسْرَى
Artinya: Seusainya (sujud) kemudian beliau duduk iftirasy (duduk di atas kaki kiri) dengan menghadapkan punggung kaki kanan ke arah kiblat, dan meletakkan kaki kanan di atas lutut kanan, dan telapak tangan kiri di atas lutut kiri [HR Abu Daud]
18. Bacaan Duduk Antara Dua Sujud.
a. رَبِّ اغْفِرْ لِي ، وَارْحَمْنِي ، وَاجْبُرْنِي ، وَارْفَعْنِي ، وَارْزُقْنِي ، وَاهْدِنِي
Artinya: Ya Allah ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupkanlah aku, tinggikanlah derajatku, berilah rezeki dan petunjuk untukku. [HR. Ahmad]
b. اللَّهُمَّ ]رَبِّ [ اغْفِرْ لِي ، وَارْحَمْنِي ، وَاجْبُرْنِي ، وَاهْدِنِي ، وَارْزُقْنِي ، وَعَافِنِي ، وَارْفَعْنِي
Artinya: Ya Allah ampunilah aku, sayangilah aku, tutuplah kekuranganku, anugrahkan kepadaku petunjuk, berikanlah padaku rizki, maafkanlah aku dan angkatlah derajatku [HR Abu Daud]
c. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ، وَارْحَمْنِي ، وَاجْبُرْنِي ، وَاهْدِنِي ، وَارْزُقْنِي
Artinya : Ya Allah ampunilah aku, sayangilah aku, tutupilah kekuranganku, anugrahkan kepadaku hidayah dan berikanlah rezki kepadaku.” [HR Tirmidzi] 109
Apabila sudah selesai membaca do’a duduk antara dua sujud, tenanglah sejenak (thumakninah), kemudian kembali sujud sebagaimana cara sujud yang telah dijelaskan sebelumnya.
19. Sujud Kedua
Lakukan sujud kedua seraya bertakbir, dan seterusnya melakukan hal yang sama sebagaimana sujud pertama. Berdasarkan hadits Nabi SAW dari Abu Hurairah RA: “Kemudian sujudlah hingga engkau sujud dengan tenang, lalu bangunlah (duduk di antara dua sujud) hingga engkau duduk dengan tenang, kemudian sujud (lagi) hingga sujud dengan tenang, kerjakan semua itu dalam semua shalatmu” [HR Bukhari, Muslim]
Saudaraku yang baik hati, kembali lagi diingatkan bahwa apabila sudah selesai membaca do’a sujud, tenanglah sejenak (thumakninah). Karena tidak diterima shalat seseorang yang sujudnya tidak thumakninah. Kemudian barulah bangkit dari dari sujud seraya mengucapkan takbir (الله أكبر).
20. Duduk Sejenak Sebelum Berdiri
Nabi SAW apabila selesai sujud kedua dan hendak berdiri untuk rekaat berikutnya, beliau duduk sejenak.
أَبُو سُلَيْمَانَ مَالِكُ بْنُ الْحُوَيْرِثِ إِلَى مَسْجِدِنَا فَقَالَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُصَلِّي وَمَا أُرِيدُ الصَّلَاةَ وَلَكِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُرِيَكُمْ كَيْفَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي قَالَ فَقَعَدَ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى حِينَ رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السَّجْدَةِ الْآخِرَةِ
Artinya: Abu Sulaiman Malik bin Al Huwairits] datang ke masjid kami seraya berkata; “Sesungguhnya aku akan shalat, dan sebenarnya aku tidak bermaksud untuk shalat (bersama kalian), akan tetapi aku hendak memperlihatkan kepada kalian bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam shalat.” Abu Qilabah berkata; “Maka (Malik) duduk sejenak di raka’at pertama setelah mengangkat kepala dari sujud kedua.” [HR Abu Daud]
21. Bangkit Berdiri Untuk Rekaat Berikutnya.
Cara bangkit berdiri untuk rekaat berikutnya terdapat dua cara dalam meletakkan tangan di atas lantai, yaitu kedua telapak tangan terbuka dan kedua telapak tangan dikepal
Nabi SAW bersabda: إذَا قَامَ مِنْ الصَّلَاةِ وَضَعَ يَدَهُ بِالْأَرْضِ كَمَا يَضَعُ الْعَاجِنُ
Artinya: Ketika Rasulullah SAW bangkit dalam shalatnya Beliau meletakkan tangannya di atas tanah sebagaimana tukang adonan roti meletakan tangannya (al-‘ajin).
Sebagian ulama berpendapat bahwa makna kata al-‘ajin bukan dalam pengertian tukang roti yang membuat adonan roti, tetapi maknanya adalah orang yang tua renta.
22. Melakukan shalat Rekaat Kedua Seperti Rekaat Pertama
Setelah bediri tegak memasuki rekaat kedua, maka lakukanlah di rekaat kedua seperti pada rekaat pertama. Hadist Nabi SAW:
بِهَذِهِ الْقِصَّةِ قَالَ إِذَا أَنْتَ قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَكَبِّرْ اللَّهَ تَعَالَى ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ عَلَيْكَ مِنْ الْقُرْآنِ وَقَالَ فِيهِ فَإِذَا جَلَسْتَ فِي وَسَطِ الصَّلَاةِ فَاطْمَئِنَّ وَافْتَرِشْ فَخِذَكَ الْيُسْرَى ثُمَّ تَشَهَّدْ ثُمَّ إِذَا قُمْتَ فَمِثْلَ ذَلِكَ حَتَّى تَفْرُغَ مِنْ صَلَاتِكَ
Artinya: Apabila kamu duduk di tengah mengerjakan shalat, maka tenangkanlah dirimu dan duduklah di atas paha kirimu, kemudian bacalah tasyahud. Setelah itu, apabila kamu berdiri, kerjakanlah seperti itu pula, sehingga kamu selesai dari shalat. [HR Abu Daud]
Ada beberapa perbedaan pada rekaat kedua dibandingkan dengan pada rekaat pertama adalah:
a. Tidak memperbarui niat
b. Tidak melakukan takbiratul ihram
c. Tidak membaca do’a iftitah
d. Memendekkan bacaan surat dibanding rekaat pertama
23. Duduk Tasyahud Awal
Duduk tasyahud awal sama posisinya seperti kita melakukan duduk antara dua sujud, yaitu duduk iftirasy. Nabi SAW bersabda: فَإِذَا جَلَسْتَ فِي وَسَطِ الصَّلاَةِ فَاطْمَئِنَّ وَافْتَرِشْ فَخِذَكَ الْيُسْرَى ثُمَّ تَشَهَّدْ
Artinya: Apabla kamu duduk di pertengahan shalat, maka lakukanlah dengan thuma’ninah, duduklah iftirosy dengan menghamparkan paha kirimu agar engkau duduk diatasnya, lalu lakukanlah tasyahhud. [HR Abu Daud]
24. Bacaan Tasyahud Awal
Bacaan tasyahud awal ada beberapa pilihan, antara lain:
a. Tasyahud Ibnu ‘Abbas RA
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
Artinya: Segala ucapan selamat, keberkahan, shalawat, dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan utusan-Nya [HR Muslim]
b. Tasyahud Ibnu Mas’ud RA
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
Artinya: Segala ucapan selamat, shalawat, dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan utusan-Nya [HR Bukhari]
25. Membaca Shalawat Nabi
Setelah membaca bacaan tasyahud, Nabi SAW membaca shalawat untuk dirinya pada stasyahud awal dan lainnya. Beliau menganjurkan ummatnya berbuat demikian sebagaimana beliau memerintahkan mengucapkan shalawat setelah mengucap salam kepadanya.
Lafadz shalawat ada beberapa pilihan. Namun yang umum digunakan adalah:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Artinya: Ya Allah, semoga shalawat tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, semoga berkah tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia [HR Bukhari] 117
26. Duduk Tasyahud Akhir
Terdapat perbedaan para ulama tentang cara duduk pada tasyahud akhir. Perbedaan cara duduk adalah antara iftirasy dengan tawarruk.
Para ulama berbeda pendapat tentang kapan disunnahkan duduk tawarruk di antara dua tasyahhud:
- Imam Malik : Tawarruk dalam tasyahud awal dan akhir.
- Imam Abu Hanifah : Iftirasy dalam kedua tasyahud.
- Imam Syafi’I : Tawarruk dalam semua tasyahud yang sesudahnya salam, sedangkan selainnya duduk iftirasy.
- Imam Ahmad : Tawarruk dalam tasyahud akhir pada semua shalat yang ada dua tasyahud, sedang pada selainnya duduk
Dari keempat pendapat tersebut di atas, yang umum ditemukan di kalangan kaum muslimin adalah pendapat Imam Syafi’i dan Imam Ahmad. Masing-masing pendapat kedua ulama ini mempunyai dalil sebagai berikut.
Nabi SAW bersabda:
فَإِذَا جَلَسَ فِى الرَّكْعَتَيْنِ جَلَسَ عَلَى رِجْلِهِ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الْيُمْنَى ، وَإِذَا جَلَسَ فِى الرَّكْعَةِ الآخِرَةِ قَدَّمَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الأُخْرَى وَقَعَدَ عَلَى مَقْعَدَتِهِ
Artinya: Jika beliau duduk pada raka’at kedua, maka beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanan (duduk iftirosy). Jika duduk pada raka’at terakhir, beliau mengedepankan kaki kirinya dan menegakkan kaki yang lain (kaki kanan), dan duduk di atas lantai-bukan di atas kaki kiri- (duduk tawarruk) [HR Bukhari]
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ اللَّتَيْنِ تَنْقَضِي فِيهِمَا الصَّلَاةُ أَخَّرَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَقَعَدَ عَلَى شِقِّهِ مُتَوَرِّكًا ثُمَّ سَلَّمَ
Artinya: Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk pada shalat dua raka’at yang diakhiri dengan salam, beliau mengeluarkan kaki kirinya dan beliau duduk tawarruk di sisi kiri. [HR An-Nasa’i]
فَإِذَا جَلَسْتَ فِي وَسَطِ الصَّلاَةِ فَاطْمَئِنَّ وَافْتَرِشْ فَخِذَكَ الْيُسْرَى ثُمَّ تَشَهَّدْ
Artinya: Jika engkau duduk di pertengahan shalat, maka lakukanlah dengan thuma’ninah, duduklah iftirasy dengan menghamparkan paha kirimu agar engkau duduk diatasnya, lalu lakukanlah tasyahud. [HR Abu Daud]
إِذَا كَانَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ اللَّتَيْنِ تَنْقَضِي فِيهِمَا الصَّلَاةُ أَخَّرَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى
Artinya: Jika duduk pada shalat dua raka’at yang diakhiri dengan salam, beliau mengeluarkan kaki kirinya dan beliau duduk tawarruk di sisi kiri.[HR An-Nasa’i]
Saudaraku yang baik hati, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad sependapat bahwa tasyahud awal dilakukan dengan duduk iftirasy. Perbedaannya adalah Imam Syafi’i berpendapat bahwa semua tasyahud akhir dilakukan dengan duduk tawarruk, sedangkan menurut Imam Ahmad berpendapat bahwa tasyahud akhir dilakukan dengan duduk tawarruk hanya untuk shalat yang memiliki dua tasyahud.
27. Membaca Tasyahud Dilanjutkan Dengan Shalawat Nabi SAW
Duduklah dalam posisi tasyahud akhir hingga keadaan tenang, selanjutnya membaca tasyahud dan dilanjutkan dengan membaca shalawat Nabi SAW seperti penjelasan tasyahud awal.
28. Membaca D’oa Perlindungan Sebelum Salam.
Setelah selesai membaca tasyahud, sebelum melakukan salam disunnahkan membaca do’a perlindungan seperti yang disabdakan Nabi SAW:
عن أَبي هريرة – رضي الله عنه – : أنَّ رسُولَ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – ، قَالَ : (( إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ مِنْ أرْبَعٍ يقول : اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ عَذَابِ القَبْرِ ، وَمِنْ فِتْنَةِ المَحْيَا وَالْمَمَاتِ ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ ))
Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian bertasyahud, hendaklah ia meminta perlindungan kepada Allah dari empat perkara dengan mengucapkan, ‘Allahumma inni a’udzu bika min ‘adzaabi jahannam, wa min ‘adzabil qobri, wa min fitnatil mahyaa wal mamaat, wa min syarri fitnatil masiihid dajjaal’ (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal).” [HR. Muslim]
29. Salam
Melakukan salam dengan menolehkan pandangan ke arah kanan secara maksimal seraya mengucapkan salam dengan lafadz:
a. Lafadz : السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
Berdasarkan hadist Nabi SAW dari Abdullah, bahwasnya Nabi SAW biasa memberi salam ke kanan dan ke kiri, sampai terlihat pipi putih beliau, beliau mengucapkan. “Assalaamu ‘alaikum warahmatullah, assalaamu ‘alaikum wa rahmatullaahi (Semoga keselamatan dan, rahmai Allah tetap alas kalian. Semoga keselamatan, dan rahmat Allah tetap atas kalian) [HR Abu Daud]
b. Lafadz : وَبَرَكَاتُه السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
Berdasarkan hadist Nabi SAW : Dari Wail. dia berkata, “Saya pernah mengerjakan shalat bersama Nabi SAW. beliau biasa memberi salam ke kanan beliau (dengan mengucapkan}, ‘Assalaamu ‘alaikum wa raltmatullaahi wa barakaatuh (Semoga keselamatan. rahmat Allah dan berkahnya tetap atas kalian). Dan ke sebelah kiri beliau (dengan mengucapkan), ‘Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullaahi (Semoga kesejahteraan clan rahmat Allah tetap atas kalian) [HR Muslim, Abu Daud]
Pada lafadz yang kedua, Nabi SAW mengajarkan bahwa ketika kepala berpaling ke kanan diucapkan lafadz وَبَرَكَاتُه السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ dan ketika kepala berpaling ke kiri diucapkan lafadz السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ.
30. Berdzikir Setelah Shalat
Setelah selesai melakukan shalat, maka kita disunnahkan untuk melakukan dzikir, yaitu:
Artinya: Aku minta ampun kepada Allah 3 x أَسْتَغْفِرُاللهَ
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ، اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
Artinya: Tiada Rabb yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya puji dan bagi-Nya kerajaan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang memberi apa yang Engkau cegah. Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya (selain iman dan amal shalihnya yang menyelamatkan dari siksaan). Hanya dari-Mu kekayaan dan kemuliaan.
اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ
Artinya: Ya Allah, Engkau pemberi keselamatan, dan dariMu keselamatan, Maha Suci Engkau, wahai Tuhan Yang Pemilik Keagungan dan Kemuliaan.
Artinya: Maha Suci Allah 33 x سُبْحَانَ اللهِ
Artinya: Segala puji bagi Allah 33 x اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
Artinya: Allah Maha Besar 33 x اَللهُ أَكْبَرُ
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ
Artinya: Tidak ada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan. Bagi-Nya pujaan. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu 3 x
Nabi SAW bersabda :
تُكَبِّرُاللَّهَ عَزَّوَجَلَّ دُبُرَكُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَتَحْمَدُهُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَتُسَبِّحُهُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَتَخْتِمُهَا بِلَاإِلَهَ إِلَّااللَّهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَ
هُوَعَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ غُفِرَتْ لَهُ ذُنُوبُهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
Artinya: Engkau bertakbir kepada tiga puluh tiga kali setiap selesai shalat, bertahmid tiga puluh tiga kali, bertasbih tiga puluh tiga kali dan kamu tutup dengan ucapan “laa ilaaha illallaahu wahdau laa syariikalahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir” (tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya, milikNya seluruh kerajaan, dan bagi-Nya segala puji dan Dia Maha Mampu melakukan segala sesuatu) niscaya dosa-dosanya akan diampuni walaupun sebanyak buih lautan [HR Abu Daud]
![]() | Bismillah, ini adalah photo rukuk |