Syarat (الشَّرْطِ) menurut bahasa bermakna tanda. Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an dalam surat Muhammad: فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا السَّاعَةَ أَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً ۖ فَقَدْ جَاءَ أَشْرَاطُهَا
Artinya: Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya [QS Muahmmad: 18)
Sedangkan menurut istilah, syarat mempunyai makna:
Artinya: Sesuatu yang jika dia (syarat) tidak ada, maka sesuatu itu tidak dapat terwujud, dan jika dia (syarat) itu ada, sesuatu itu tidak harus ada atau tidak ada wujudnya.
Berdasarkan makna syarat di atas, maka syarat shalat adalah sesuatu yang dilakukan oleh hati (tidak berwujud) atau fisik (gerakan dan bacaan), yang jika itu tidak dilakukan, maka shalat tersebut tidak terwujud atau tidak sah. Oleh sebab itu, agar shalat yang kita lakukan sah, maka penuhilah syarat-syarat sholat yang telah ditetapkan oleh agama. Syarat-syarat shalat adalah:
1. Islam
Shalat hanya disyariatkan kepada kaum muslimin dan tidak bagi oarng kafir. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT: مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ ۚ أُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ
Artinya: Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka [QS At-Taubah: 17]
2. Berakal
Syariat diberlakukan bagi orang yang berakal atau tidak gila. Sesuai hadist Nabi:
رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ عَنْ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنْ الْمُبْتَلَى حَتَّى يَبْرَأَ وَعَنْ الصَّبِيِّ حَتَّى يَكْبُرَ
Artinya: Pena pencatat amal dan dosa itu diangkat dari tiga golongan; orang yang tidur hingga terbangun, orang gila hingga ia waras, dan anak kecil hingga ia baligh.
3. Tamyiz (Mumayyiz)
Kata tamyiz (تمييز ) merupakan mempunyai makna membedakan, memberi keistimewaan, memisahkan (dari lainnya). Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin menerangkan makna Mumayyiz:
والمميِّز: من بلغ سبعاً إلى البلوغ، وسُمِّيَ مميِّزاً لأنه يميِّز فيفهم الخطاب ويردُّ الجواب. وقال بعضُ العلماء: إن المميِّز لا يتقيَّد بسنٍّ، وإنما يتقيَّد بوصف
Artinya: Mumayyiz adalah siapa yang telah mencapai usia tujuh tahun hingga baligh. Dia dinamakan mumayyiz karena dia bisa membedakan sehingga dia faham pembicaraan kemudian merespon jawaban. Sebagian Ulama’ menerangkan: Tamyiz tidak terikat dengan usia tapi itu hanya terikat dengan sifat tertentu.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash, Nabi SAW bersabda:
مُـرُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّـلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
Artinya: Perintahkan anak kalian untuk melakukan shalat sejak mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika tidak melakukannya pada usia sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur di antara mereke.[HR Abu Daud]
4. Bersih dari hadats
Bersih dari hadats kecil (berwudhu’) dan bersih dari hadats besar (mandi jenabat). Firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ ۚ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا ۚ وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ ۚ مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَٰكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur [QS Al-Ma’idah: 6]
لَا تُقْبَلُ صَلَاةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ
Artinya: Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadats hingga dia berwudhu’ [HR Muslim]
مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ
Artinya: Kunci shalat adalah bersuci, yang mengharamkannya (dari segala ucapan dan gerakan di laur shalat) adalah takbir, dan yang menghalalkannya kembali adalah salam [HR Abu Daud]
5. Menghilangkan najis dari tubuh, pakaian dan tempat shalat
Bersih dari hadats kecil (berwudhu’) dan bersih dari hadats besar (mandi jenabat). Hadist Nabi SAW :
Dari Abu Hurairah RA, beliau berkata, “Rasulullah SAW telah bersabda, ‘Allah tidak menerima shalat salah seorang di antara kalian, apabila dia berhadats {tidak mempunyai wudhu), sampai dia berwudhu” [Shahih: Muttafaq Alaih]
Menghilangkan najis dari pakaian, berdasarkan hadits Asma’, RA, dia berkata, “Seorang wanita datang kepada Nabi SAW, lalu berkata, “Bagaimana pendapatmu tentang salah seorang dari kami yang darah haidnya mengenai bajunya, apa yang harus dia lakukan?”, maka Nabi SAW bersabda:
إِذَا أَصَابَ ثَوْبَهَا الدَّمُ مِنْ الْحَيْضَةِ كَيْفَ تَصْنَعُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَصَابَ ثَوْبَ إِحْدَاكُنَّ الدَّمُ مِنْ الْحَيْضَةِ فَلْتَقْرُصْهُ ثُمَّ لِتَنْضَحْهُ بِمَاءٍ ثُمَّ لِتُصَلِّي فِيهِ
Artinya: Jika darah haid mengenai pakaian seorang dari kalian, maka hendaklah ia bersihkan darah yang mengenainya, lalu hendaklah ia percikkan air padanya, kemudian hendaklah ia shalat dengannya [HR Bukhari]
Menghilangkan najis dari tempat shalat, berdasarkan hadist nabi Abu Hurairah berkata, “Seorang ‘Arab badui berdiri dan kencing di Masjid, lalu orang-orang ingin mengusirnya. Maka Nabi SAW pun bersabda kepada mereka:
دَعُوهُ وَهَرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ أَوْ ذَنُوبًا مِنْ مَاءٍ فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ
Artinya: Biarkanlah dia dan siramlah bekas kencingnya dengan setimba air, atau dengan seember air, sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidak diutus untuk membuat kesulitan. [HR Bukhari]
6. Menutup aurat
Menutup aurat adalah menjadi salah satu syarat dalam melaksanakan shalat. Bagi laki-laki auratnya adalah antara pusar dan lutut. Sedang wanita auratnya seluruh tabuh kecuali wajah dan telapak tangan.
Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk memakai pakaian (menutup aurat) di setiap memasuki mesjid (shalat). Allah SWT berfirman: يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.[QS Al-A’raf: 31]
Nabi SAW bersabda: لَا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلَاةَ حَائِضٍ إِلَّا بِخِمَارٍ
Artinya: Dari Shafiah binti Al Harits dari Aisyah ra dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Allah tidak menerima shalat wanita yang telah haid kecuali dengan mengenakan kerudung [HR Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah]
Nabi SAW bersabda:
عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْحَارِثِ قَالَ سَأَلْنَا جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ الصَّلَاةِ فِي الثَّوْبِ الْوَاحِدِ فَقَالَ خَرَجْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ فَجِئْتُ لَيْلَةً لِبَعْضِ أَمْرِي فَوَجَدْتُهُ يُصَلِّي وَعَلَيَّ ثَوْبٌ وَاحِدٌ فَاشْتَمَلْتُ بِهِ وَصَلَّيْتُ إِلَى جَانِبِهِ فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ مَا السُّرَى يَا جَابِرُ فَأَخْبَرْتُهُ بِحَاجَتِي فَلَمَّا فَرَغْتُ قَالَ مَا هَذَا الِاشْتِمَالُ الَّذِي رَأَيْتُ قُلْتُ كَانَ ثَوْبٌ يَعْنِي ضَاقَ قَالَ فَإِنْ كَانَ وَاسِعًا فَالْتَحِفْ بِهِ وَإِنْ كَانَ ضَيِّقًا فَاتَّزِرْ بِهِ
Artinya: Dari Sa’id bin Al Harits berkata, “Kami bertanya kepada [Jabir bin ‘Abdullah] tentang shalat dengan mengenakan satu lembar kain. Maka ia menjawab, “Aku pernah shalat bersama Nabi SAW dalam salah satu perjalanannya.
Pada suau malamnya aku datang untuk keperluanku. Saat itu aku dapati beliau sedang shalat dengan mengenakan satu kain. Maka aku bergabung dengan beliau dan shalat disampingnya. Setelah selesai beliau bertanya: “Ada urusan apa (malam-malam begini) kamu datang wahai Jabir?” Maka aku sampaikan keperluanku kepada beliau. Setelah aku selesai, beliau berkata: “Kenapa aku lihat kamu menyelimutkan (kain) seperti ini? ‘ Aku jawab, “Kainku sempit!” Beliau bersabda: “Jika kain itu lebar maka diikatkanlah dari pundak, namun bila sempit maka cukup dikenakan (sebatas untuk menutup aurat).” [HR Bukhari]
7. Masuk waktu
إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
Artinya: Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman [QS An-Nisa: 103]
8. Menghadap Kiblat.
Menghadap kiblat merupakan syarat dalam melakukan shalat. Yaitu menghadap kepada Kiblat yang dimaksud adalah Masjidil Haram. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ
Artinya: Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya [QS Al-Baqarah: 144]
Nabi SAW juga menjelaskan tentang wajibnya menghadap kiblat jika melakukan shalat. Sabdanya:
إِذا قمتَ إِلى الصلاة فأسبغ الوضوء، ثمَّ استقبِل القبلة فكبِّر
Artinya: Jika kamu hendak melakukan shalat, maka sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadaplah ke arah kiblat dan takbirlah [HR Bukhari]
Sampai disini, kita telah memahami syarat-syarat dalam melaksanakan shalat. Oleh sebab itu, syarat-syarat tersebut haruslah menjadi perhatian kita untuk memastikan semua terpenuhi. Karena pemenuhan syarat-syarat tersebut akan menjadi syarat pula untuk mencapai meraih kekhusyukan dalam shalat.