A. Menurut Bahasa
1. Menurut Ibnu Faris رَحِمَهُ اللهُ Khasya’a (خَشَع) huruf kha, syin dan ‘ain merupakan satu rangkaian huruf yang membentuk kata berindikasi menunduk. Kata khusu’a berati menunduk. Definisinya identik dengan kata al-khudhu’ (الخضوع) tunduk. Hanya saja Al-khudhu’ digunakan untuk tubuh, sedangkan al-khusyu’ digunakan untuk suara dan pandangan. Allah SWT berfirman: خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ
Artinya : Pandangan mereka menundukkan pandangannya ke bawah (serta) diliputi kehinaan. [QS Al-Ma’arij: 44]
(Khusyu’ diartikan : menundukkan pandangan ke bawah serta diliputi kehinaan dihadapan Allah SWT)
2. Menurut Ibnu Duraid Al-khasyi’ adalah orang yang menunduk dan rukuk. Ibnu Manzhur رَحِمَهُ اللهُ mengatakan Khasya’a, yakhsya’u, khusu’an, wakhtasya’a watakhsya’a artinya mengarahkan dan menundukkan pandangan ke tanah serta menurunkan volume suara.
(Khusyu’ diartikan : menundukkan pandangan serta menurunkan volume suara di hadapan Allah SWT)
3. Pendapat lain menyatakan bahwa kata al-khusyu’ artinya identik dengan kata al-khudu’. Hanya saja al-khudu’ terjadi pada tubuh, sedangkan al-khusyu’ terjadi pada tubuh, suara dan pandangan. Allah SWT berfirman :
وَخَشَعَتِ الْأَصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلَا تَسْمَعُ إِلَّا هَمْسًا
Artinya :Dan merendahlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja [QS Thaha:108]
Maksudnya tenang. Setiap orang yang diam dan tenang disebut khadiu’un khasyi’un.
(Khusyu’ diartikan : merendahkan diri, merendahkan suara (berbisik) dan menundukkan pandangan di hadapan Allah SWT)
4. Al-Fairuzabadi berkata al-khusyu’ artinya al-khudhu’ = ”tunduk”. Seperti al-ikhtisya’ = “tertunduk” atau identik dengan kata al-khudhu’. Atau al-khudhu’ khusus untuk tubuh, sedangkan kata al-khusyu’ untuk suara dan pandangan. (Khusyu’ diartikan : tunduk dan merendah)
5. Khusyu’ dengan melibatkan tunduknya seluruh organ tubuh berlandaskan iman yang terwujud dalam rasa takut dan harap kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman: وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ
Artinya : Banyak muka pada hari itu tunduk terhina. [QS Al-Ghashiyah: 2]
(Khusyu’ diartikan : Dengan wajah tertunduk hina di hadapan Allah SWT)
6. Khusyu’ karena takut, harap dan cemas. Allah SWT Berfirman:
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
Artinya : Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo`a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami. [QS Al Anbiya: 90]
(Khusyu’ diartikan : Dengan merasa takut, berharap dan cemas hadapan Allah SWT)
7. Imam Ibnul Qoyyim رَحِمَهُ اللهُ berpendapat al-khusyu’ secara bahasa berarti tunduk, merendah dan tenang. Allah SWT berfirman: وَخَشَعَتِ الْأَصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلَا تَسْمَعُ إِلَّا هَمْسًا
Artinya :Dan merendahlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, maka
kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja [QS Thaha:108]
(Khusyu’ diartikan : menundukkan diri, merendahkan suara (berbisik) dan tenang di hadapan Allah SWT)
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, secara bahasa makna khusyu’ mengandung makna:
- Menundukkan pandangan
- Diliputi kehinaan di hadapan Allah SWT
- Merendahkan suara
- Merendahkan diri di hadapan Allah SWT
- Menundukkan seluruh organ tubuh
- Rasa takut, harap dan cemas
- Ketenangan
B. Menurut Istilah
1. Menurut Al-Jurjani رَحِمَهُ اللهُ Khusyu’ menurut para ulama adalah tunduk pada kebenaran. Ada yang mengatakan : eksistensi rasa takut yang konsisten di dalam hati. Salah satu tanda khusyu’ disebutkan: seorang hamba apabila dimarahi, ditentang, atau ditolak, dia akan menerimanya dengan sepenuh hati.
2. Imam Ibnul Qoyyim رَحِمَهُ اللهُ berpendapat, khusyu’ adalah tegaknya hati di hadapan Allah SWT dengan segala ketundukan dan kerendahan. Ada yang berpendapat bahwa khusyu’ berarti tunduk kepada kebenaran. Inilah salah satu konsekuensi khusyu’. Di antara tandanya adalah seorang hamba apabila ditentang atau ditolak, dia akan menerimanya dengan sepenuh hati dan tunduk.
3. Ada juga yang menyatakan khusyu’ adalah tunduknya hati kepada Allah SWT yang maha mengetahui segala yang ghaib. Imam Ibnul Qoyyim رَحِمَهُ اللهُ berkata, para ulama sepakat bahwa tempat khusyu’ adalah di dalam hati, hasilnya timbul pada anggota tubuh dan itu merupakan manifetasinya.
4. Imam Ibnu Rajab رَحِمَهُ اللهُ berpendapat, khusyu’ adalah lembut, tenteram, tenang, tunduk, terenyuh dan tersentuhnya hati. Hati yang khusyu’ selalu diikuti oleh khusyu’nya seluruh anggota tubuh. Sebab, seluruh anggota tubuh selalu mengikuti hati. Nabi SAW bersabda:
وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
Artinya: Dan ketahuilah pada setiap tubuh ada segumpal darah yang apabila baik maka baiklah tubuh tersebut dan apabila rusak maka rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah hati [HR Muslim] 135
Ketahuilah bahwa di dalam tubuh terdapat segumpal darah yang apabila baik, niscaya baik pula seluruh anggota tubuh. Dan apabila rusak, niscaya rusak pula seluruh anggota tubuh. Ketahuilah bahwa segumpal darah itu adalah hati. Hati yang khusyu’ akan diikuti oleh khusyu’nya pendengaran, penglihatan, kepala, wajah dan seluruh anggota tubuh berikut segala sesuatu yang timbul darinya, bahkan pun ucapan. Nabi SAW bersabda:
اللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ خَشَعَ لَكَ سَمْعِي وَبَصَرِي وَمُخِّي وَعَظْمِي وَعَصَبِي وَمَا اسْتَقَلَّتْ بِهِ قَدَمِي
Artinya: Ya Allah, untuk-Mu aku ruku’, kepada-Mu aku beriman, pada-Mu aku berserah diri. Telah khusyu’ kepada-Mu seluruh pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulangku dan sendiku (serta seluruh apa yang disanggah oleh kedua kakiku) [HR Muslim]
5. Al-Allamah As-Sa’di رَحِمَهُ اللهُ berpendapat al-khauf (gentar), al-khasyyah (khawatir), al-khudhu’ (tunduk), al-ikhbat (takut), al-wajal (khidmat) memiliki makna yang identik. Al-khauf (gentar) mencegah seorang hamba dari apa yang diharamkan Allah SWT dalam hal ini diikuti oleh al-khasyyah (khawatir) tetapi dengan tambahan bahwa rasa gentarnya tersebut diikuti dengan mengenal Allah SWT. Adapun al-khudhu’ (tunduk), al-ikhbat (takut) dan al-wajal (khidmat) timbul dari rasa gentar dan khawatir.
6. Syaikh Said bin Ali bin Wahf Al-Qatahani رَحِمَهُ اللهُ menyatakan tentang khusyu’ dalam kitab “Khusyu’ dalam Shalat :
Seorang hamba yang tunduk kepada Allah SWT, takut kepada Tuhannya dan kembali kepada-Nya dengan segenap hatinya, maka akan timbul sikap khidmat. Adapun al-khusyu’ (khusyu’) adalah konsentrasi di saat hati terselimuti oleh ketaatan kepada Allah SWT dan merasa tenang lahir batin. Ini adalah kekhusyu’an eksklusif. Adapun kekhusyu’an yang bersifat umum dan merupakan ciri khas umum mukminin timbul dari kesempurnaan seorang hamba dalam mengenal Allah SWT dan merasa diawasi oleh-Nya. Hal tersebut menguasai hati seperti layaknya rasa cinta menguasai hati.
Khusyu’ adalah (a) kelembutan, (b) ketundukan, (c) kepekaan, (d) ketenangan dan (e) konsentrasi di kala hati terselimuti oleh ketaatan kepada Allah SWT, dan selanjutnya diikuti oleh seluruh anggota tubuh, baik lahir maupun batin. Sebab, anggota tubuh selalu mengikuti hati. Hati merupakan pemimpin anggota tubuh, dan anggota tubuh adalah pengikut hati.
Kesimpulan : Khusyu’ dalam shalat adalah menghinakan diri di hadapan Allah SWT dengan berkonsentrasinya hati kepada Allah SWT dan merasakan kedekatan-Nya sehingga hati merasa tenteram, jiwa merasa tenang, gerakan menjadi halus, dan gerakan-gerakan yang tidak perlu dapat diminimalkan. Juga berarti bersahaja di hadapan Allah SWT dan berkonsentrasi penuh terhadap semua yang dilakukan dan diucapkannya dalam shalat dari awal sampai akhir shalat.