Keesaan nama dan sifat  Allah SWT adalah dengan cara menetapkan nama dan sifat yang Allah SWT tetapkan bagi diriNya dan menafikan nama dan sifat yang Allah SWT nafikan dari diriNya, dengan tanpa tahrif, tanpa ta’thil dan tanpa takyif, tanpa tasybih  dan tanpa tafwidh.

Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadits tentang nama atau sifat Allah SWT dari makna zhahirnya menjadi makna lain yang batil. Sebagai misalnya kata ‘istiwa’ yang artinya ‘bersemayam’ dipalingkan menjadi ‘menguasai’

Ta’thil adalah mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat Allah SWT. Sebagaimana sebagian orang yang menolak bahwa Allah SWT berada di atas arsy dan mereka berkata Allah SWT berada di mana-mana.

Takyif adalah menggambarkan hakikat wujud Allah. Padahal Allah SWT sama sekali tidak serupa dengan makhluknya, sehingga tidak ada makhluk yang mampu menggambarkan hakikat wujudnya. Misalnya sebagian orang berusaha menggambarkan bentuk tangan Allah SWT, bentuk wajah AllahSWT, dan lain-lain.5

Tasybih adalah menyerupakan sifat-sifat Allah SWT dengan sifat makhluk-Nya. Padahal Allah berfirman yang artinya: “Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Lagi Maha Melihat” (Asy Syura: 11)

Tafwidh, yaitu tidak mau menetapkan pengertian sifat-sifat Allah SWT, misalnya sebagian orang menolak bahwa Allah SWT bersemayam (istiwa) di atas Arsy kemudian berkata ‘kita serahkan makna istiwa kepada Allah’. Pemahaman ini tidak benar karena Allah SWT telah mengabarkan sifat-sifatNya dalam Qur’an dan Sunnah agar hamba-hambaNya mengetahui. Dan Allah SWT telah mengabarkannya dengan bahasa Arab yang jelas dipahami. Maka jika kita berpemahaman tafwidh maka sama dengan menganggap perbuatan Allah SWT mengabarkan sifat-sifatNya adalah sia-sia karena tidak dapat dipahami oleh hamba-Nya.

Imam Asy-Syafi’ berkata: “Aku beriman kepada Allah dan kepada apa-apa yang datang dari Allah sesuai dengan apa yang diinginkan-Nya dan aku beriman kepada Rasulullah dan kepada apa-apa yang datang dari beliau, sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Rasulullah” 6

هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Artinya : Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana [QS Al-Hasyr:24]

Allah SWT memiliki nama-nama baik dan indah yang disebut asmaul husna sesuai dengan sifat dan keagungannya. 99 nama indah ini hanya pantas disandingkan  dengan Allah SWT saja. Nama yang agung itu merupakan sebagai bukti dan ciri kebesaran dan kekuasaan Allah SWT sebagai Pencipta. 99 nama agung itu telah dikabarkan dalam Al-Qur’an seperti berikut ini.

No Asmaul Husna Latin Asmaul Husna Arab Artinya
1 Ar Rahman الرحمن Yang Maha Pengasih
2 Ar Rahiim الرحيم Yang Maha Penyayang
3 Al Malik الملك Yang Maha Merajai
4 Al Quddus القدوس Yang Maha Suci
5 As Salaam السلام Yang Maha Memberi Kesejahteraan
6 Al Mu`min المؤمن Yang Maha Memberi Keamanan
7 Al Muhaimin المهيمن Yang Maha Mengatur
8 Al Aziz العزيز Yang Maha Perkasa
9 Al Jabbar الجبار Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
10 Al Mutakabbir المتكبر Yang Maha Megah
11 Al Khaliq الخالق Yang Maha Pencipta
12 Al Baari البارئ Yang Maha Melepaskan
13 Al Mushawwir المصور Yang Maha Membentuk Rupa
14 Al Ghaffaar الغفار Yang Maha Pengampun
15 Al Qahhaar القهار Yang Maha Memaksa
16 Al Wahhaab الوهاب Yang Maha Pemberi Karunia
17 Ar Razzaaq الرزاق Yang Maha Pemberi Rezeki
18 Al Fattaah الفتاح Yang Maha Pembuka Rahmat
19 Al `Aliim العليم Yang Maha Mengetahui
20 Al Qaabidh القابض Yang Maha Menyempitkan
21 Al Baasith الباسط Yang Maha Melapangkan
22 Al Khaafidh الخافض Yang Maha Merendahkan
23 Ar Raafi الرافع Yang Maha Meninggikan
24 Al Mu`izz المعز Yang Maha Memuliakan
25 Al Mudzil المذل Yang Maha Menghinakan
26 As Samii السميع Yang Maha Mendengar
27 Al Bashiir البصير Yang Maha Melihat
28 Al Hakam الحكم Yang Maha Menetapkan
29 Al `Adl العدل Yang Maha Adil
30 Al Lathiif اللطيف Yang Maha Lembut
31 Al Khabiir الخبير Yang Maha Mengenal
32 Al Haliim الحليم Yang Maha Penyantun
33 Al `Azhiim العظيم Yang Maha Agung
34 Al Ghafuur الغفور Yang Maha Memberi Pengampunan
35 As Syakuur الشكور Yang Maha Pembalas Budi
36 Al `Aliy العلى Yang Maha Tinggi
37 Al Kabiir الكبير Yang Maha Besar
38 Al Hafizh الحفيظ Yang Maha Memelihara
39 Al Muqiit المقيت Yang Maha Pemberi Kecukupan
40 Al Hasiib الحسيب Yang Maha Membuat Perhitungan
41 Al Jaliil الجليل Yang Maha Luhur
42 Al Kariim الكريم Yang Maha Pemurah
43 Ar Raqiib الرقيب Yang Maha Mengawasi
44 Al Mujiib المجيب Yang Maha Mengabulkan
45 Al Waasi الواسع Yang Maha Luas
46 Al Hakiim الحكيم Yang Maha Maka Bijaksana
47 Al Waduud الودود Yang Maha Mengasihi
48 Al Majiid المجيد Yang Maha Mulia
49 Al Baa`its الباعث Yang Maha Membangkitkan
50 As Syahiid الشهيد Yang Maha Menyaksikan
51 Al Haqq الحق Yang Maha Benar
52 Al Wakiil الوكيل Yang Maha Memelihara
53 Al Qawiyyu القوى Yang Maha Kuat
54 Al Matiin المتين Yang Maha Kokoh
55 Al Waliyy الولى Yang Maha Melindungi
56 Al Hamiid الحميد Yang Maha Terpuji
57 Al Muhshii المحصى Yang Maha Menghitung
58 Al Mubdi المبدئ Yang Maha Memulai
59 Al Mu`iid المعيد Yang Maha Mengembalikan Kehidupan
60 Al Muhyii المحيى Yang Maha Menghidupkan
61 Al Mumiitu المميت Yang Maha Mematikan
62 Al Hayyu الحي Yang Maha Hidup
63 Al Qayyuum القيوم Yang Maha Mandiri
64 Al Waajid الواجد Yang Maha Penemu
65 Al Maajid الماجد Yang Maha Mulia
66 Al Wahid الواحد Yang Maha Tunggal
67 Al Ahad الاحد Yang Maha Esa
68 As Shamad الصمد Yang Maha Dibutuhkan
69 Al Qaadir القادر Yang Maha Menentukan
70 Al Muqtadir المقتدر Yang Maha Berkuasa
71 Al Muqaddim المقدم Yang Maha Mendahulukan
72 Al Mu`akkhir المؤخر Yang Maha Mengakhirkan
73 Al Awwal الأول Yang Maha Awal
74 Al Aakhir الأخر Yang Maha Akhir
75 Az Zhaahir الظاهر Yang Maha Nyata
76 Al Baathin الباطن Yang Maha Ghaib
77 Al Waali الوالي Yang Maha Memerintah
78 Al Muta`aalii المتعالي Yang Maha Tinggi
79 Al Barru البر Yang Maha Penderma
80 At Tawwaab التواب Yang Maha Penerima Tobat
81 Al Muntaqim المنتقم Yang Maha Pemberi Balasan
82 Al Afuww العفو Yang Maha Pemaaf
83 Ar Ra`uuf الرؤوف Yang Maha Pengasuh
84 Malikul Mulk مالك الملك Yang Maha Penguasa Kerajaan
85 Dzul Jalaali Wal Ikraam ذو الجلال و الإكرام Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan
86 Al Muqsith المقسط Yang Maha Pemberi Keadilan
87 Al Jamii` الجامع Yang Maha Mengumpulkan
88 Al Ghaniyy الغنى Yang Maha Kaya
89 Al Mughnii المغنى Yang Maha Pemberi Kekayaan
90 Al Maani المانع Yang Maha Mencegah
91 Ad Dhaar الضار Yang Maha Penimpa Kemudharatan
92 An Nafii النافع Yang Maha Memberi Manfaat
93 An Nuur النور Yang Maha Bercahaya
94 Al Haadii الهادئ Yang Maha Pemberi Petunjuk
95 Al Badii’ البديع Yang Maha Pencipta
96 Al Baaqii الباقي Yang Maha Kekal
97 Al Waarits الوارث Yang Maha Pewaris
98 Ar Rasyiid الرشيد Yang Maha Pandai
99 As Shabuur الصبور Yang Maha Sabar

Nama-nama agung tersebut mempunyai arti yang sangat agung dan keagungan itu melekat pada Zat Allah SWT dan tidak boleh digunakan untuk manusia. Jika nama agung tersebut hendak di tabalkan kepada manusia, maka wajib diawali dengan kata abdul yang artinya hamba. Misalnya: asma Allah Al-Aziz (Yang Maha Perkasa) akan digunakan bagi manusia, maka wajib hukumnya diawali dengan abdul, sehingga manjadi Abdul Aziz (hambanya Allah Yang Maha Perkasa). Al-Hafiizh (Yang Maha Memelihara) jika digunakan untuk manusia, maka wajib diawali dengan kata abdul, sehingga menjadi Abdul Al-Hafiizh (hambanya Yang Maha Memelihara).

Bersama dengan AsmaNya, Allah SWT memiliki sifat yang Maha Tinggi, seperti yang  difirmankanNya: وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْأَعْلَىٰ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Artinya : Dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana [QS An-Nahl: 60]

Syaikh Prof. Dr.  Abdur Rozzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr menjelaskan tentang sifat Allah SWT Maha Memelihara dan Maha Menjaga sebagai berikut: 7

إِنَّ رَبِّي عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ حَفِيظٌ

Artinya : Sesungguhnya Rabbku Maha Pemelihara segala sesuatu. [QS. Hud: 57]

وَرَبُّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيظٌ

Artinya: Dan Rabb-mu Maha Memelihara segala sesuatu. [QS. Saba: 21]

Allah SWT juga berfirman:      وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَولِيَاء اللَّهُ حَفِيظٌ عَلَيْهِمْ وَمَا أَنتَ عَلَيْهِم بِوَكِيلٍ

Artinya : Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, Allah mengawasi (perbuatan) mereka; dan kamu (ya Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka. [QS. Asy-Syura :6)

فَاللّهُ خَيْرٌ حَافِظاً وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

Artinya: Maka Allah adalah Penjaga yang terbaik dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang. [QS. Yusuf: 64]

وَكُنَّا لَـهُمْ حَافِظِينَ Artinya: Dan adalah Kami memelihara mereka itu [QS. Al-Anbiya: 82]

Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. [QS. Al-Hijr: 9]

Kedua nama agung tersebut menunjukkan bahwa Allah SWT tersifati dengan penjagaan dan pemeliharaan. Sifat ini mencakup dua perkara:

Pertama, penjagaan segala sesuatu dengan ilmu-Nya, tidak ada sesuatu pun yang luput dari-Nya. Lawannya adalah lupa. Sungguh Allah telah menyucikan diri-Nya dari sifat lupa karena kesempurnaan ilmu dan penjagaan-Nya. Allah SWT berfirman:

وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيّاً

Artinya: Dan tidaklah Rabbmu lupa. [QS. Maryam: 64]

قَالَ عِلْمُهَا عِندَ رَبِّي فِي كِتَابٍ لَّا يَضِلُّ رَبِّي وَلَا يَنسَى

Artinya : Musa menjawab: “Pengetahuan tentang itu ada di sisi Rabbku, di dalam sebuah kitab, Rabb kami tidak akan salah dan tidak  lupa  [QS. Thaha: 52]

أَحْصَاهُ اللَّهُ وَنَسُوهُ

Artinya: Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. [QS. Al-Mujadilah: 6]

Maka Allah SWT selalu menjaga amalan-amalan makhluk-Nya, menghitung perkataan-perkataan mereka, dan mengetahui niat-niat mereka dan apa yang tersembunyi di dalam dada-dada mereka. Tidak ada sesuatu pun yang ghaib dan tidak ada sedikit pun yang tersembunyi bagi-Nya. Dan Allah menulis semua itu di al-lauh al-mahfuzh. Allah SWT berfirman:

وَكُلُّ شَيْءٍ فَعَلُوهُ فِي الزُّبُرِ. وَكُلُّ صَغِيرٍ وَكَبِيرٍ مُسْتَطَرٌ

Artinya: Dan segala  sesuatu  yang  telah  mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan. Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis. [QS. Al-Qamar:52-53]

Allah SWT memerintahkan para malaikat yang mulia sebagai pencatat dan penjaga amalan-amalan hamba. Allah SWT berfirman:

إِن كُلُّ نَفْسٍ لَّمَّا عَلَيْهَا حَافِظٌ

Artinya: Tidak ada suatu jiwapun (diri) melainkan ada penjaganya. [QS. Ath-Thariq: 4]

وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ. كِرَاماً كَاتِبِينَ. يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ

Artinya: Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. [QS. Al-Infithar:10-12]

Penjagaan Allah SWt tersebut mencakup liputan ilmu-Nya terhadap semua situasi dan kondisi hamba-hamba-Nya, baik yang lahir maupun yang batin, yang rahasia maupun yang terang-terangan. Mencakup dituliskannya semua itu di al-lauh al-mahfuzh atau pada lembaran catatan yang ada di tangan para malaikat. Selain itu, mencakup ilmu-Nya terhadap takdir segala sesuatu, kesempurnaan dan kekurangannya serta semua ukuran pahala dan hukuman, kemudian membalas mereka atas semua perbuatannya itu dengan keutamaan dan keadilan dari-Nya.

Kedua, bahwasanya Allah SWT memelihara seluruh makhluk-Nya, seperti langit dan bumi dengan segala yang ada pada keduanya untuk terus ada selama waktu keberadaan keduanya. Maka semua itu tidak akan lenyap, terhapus dan goyang, atau salah satu terjatuh lalu menimpa yang lainnya. Tidak ada sesuatu pun dari semua itu yang memberatkan dan melemahkan-Nya. Sebagaimana firman-Nya:

وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا

Artinya: Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya. [QS. Al-Baqarah: 255]

Allah SWT menjaga langit agar tidak jatuh ke bumi. Firman-Nya:

وَيُمْسِكُ السَّمَاء أَن تَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ إِلَّا بِإِذْنِهِ

Artinya: Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya. [QS. Al-Hajj: 65]

Firman Allah SWT dalam Al-Qur;an :

وَجَعَلْنَا السَّمَاء سَقْفاً مَّحْفُوظاً وَهُمْ عَنْ آيَاتِهَا مُعْرِضُونَ

Artinya: Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah SWT) yang terdapat padanya. [QS. Al-Anbiya: 32]

إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَن تَزُولَا

Artinya: Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap. [QS. Fathir: 41]

Allah SWT juga menjamin untuk selalu menjaga kitab-Nya yang mulia. Allah SWT berfirman:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَـحَافِظُونَ

Artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya. [QS. Al-Hijr: 9]

Sehingga kitab tersebut tidak mungkin terjamah oleh penyelewengan, dimasuki oleh perubahan, dan tidak akan berubah sebuah huruf pun padanya. Bersamaan dengan bergulirnya hari demi hari dan berjalannya masa demi masa Al-Qur’an masih tetap tidak berubah sebagaimana keadaan sebelumnya. Ayat-ayatnya pun masih tetap seperti ketika Allah SWT menurunkannya kepada Nabi SAW. Demikian seterusnya akan senantiasa terjaga dengan jaminan pemeliharaan dari Allah SWT.

Di antara kandungan makna nama tersebut adalah bahwasanya Allah SWT Maha Menjaga hamba-hamba-Nya dari segala hal yang mereka benci. Penjagaan jenis ini ada dua macam, yaitu penjagaan bersifat umum dan khusus.

Adapun penjagaan yang bersifat umum, yaitu penjagaan Allah SWT bagi mereka dengan dianugerahkannya makanan, minuman, dan udara kepada mereka, dicurahkannya hidayah untuk dapat memperoleh maslahat, hingga Dia menakdirkan dan memutuskan bagi mereka segala sesuatu yang berupa kebutuhan primer dan sekunder, yaitu hidayah secara umum yang telah Allah SWT firmankan dalam ayat-Nya:

الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى

Artinya: Yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk. [QS. Thaha: 50]

Allah SWT juga menjaga mereka dengan dijauhkannya segala yang dibenci, yang dapat membahayakan dan kejahatan dari mereka penjagaan ini bersifat umum bagi orang yang berbakti dan durhaka bahkan seluruh hewan-hewan dan selainnya. Allah SWT pun memberi tugas kepada para malaikat untuk menjaga keturunan nabi Adam dengan perintah dari-Nya. Sebagaimana firman-Nya:

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِاللّهِ

Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. [QS. Ar-Ra’du: 11]

Yaitu dengan perintah Allah SWT para malaikat menolak segala sesuatu yang dapat membahayakan hamba yang berupa hal-hal yang dapat membahayakannya jika tidak ada penjagaan dari Allah SWT.

Penjagaan yang bersifat khusus, yaitu penjagaan Allah SWT bagi para wali-Nya sebagai tambahan dari yang telah lewat dengan menjaga keimanan mereka dari syubhat-syubhat yang menyesatkan, fitnah-fitnah yang menghanyutkan, dan nafsu syahwat yang membinasakan. Allah SWT menyelamatkan mereka dari semua itu. Allah SWT juga menjaga mereka dari para musuh dari golongan jin dan manusia. Dia memberi pertolongan kepada para wali-Nya untuk mengalahkan musuh, menolak tipu daya dan makar mereka. Sebagaimana firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِينَ آمَنُوا

Artinya: Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman.” [QS. Al-Hajj: 38]

Pembelaan Allah SWT tersebut akan ada dan sesuai dengan keimanan yang ada pada diri hamba-Nya. Oleh karena itu, Nabi SAW bersabda sebagaimana dalam sebuah wasiat beliau kepada Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma :

احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ

Artinya: Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)

Maksud dari hadist di atas adalah jagalah perintah-perintah-Nya dengan melaksanakannya, larangan-larangan-Nya dengan menjauhinya, dan batasan-batasan-Nya dengan tidak melampaui batasnya, niscaya Allah SWT akan menjagamu, dirimu, agamamu, hartamu, anakmu, dan seluruh karunia yang telah Allah berikan kepadamu.

Dari penjelasan tentang Keesaan Allah SWT dalam Asma dan SifatNya di atas, diharapkan kita sudah mengenal Allah SWT dalam Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah SWT. Kita beriman bahwa Allah SWT memiliki nama-nama yang Dia telah menamakan diri-Nya dan yang telah dinamakan oleh Rasul-Nya. Dan kita beriman bahwa Allah SWT memiliki sifat-sifat yang tinggi yang telah Dia sifati diri-Nya dan yang telah disifati oleh Rasul-Nya. Allah memiliki nama-nama yang mulia dan sifat yang tinggi.

Kita janganlah mengimani nama-nama atau sifat-sifat yang dilekatkan kepada Zat Allah SWT yang datangnya bukan dari Allah SWT (Al-Qur’an) dan RosulNya (Hadist). Karena sesungguhnya syaitan selalu berusaha menyesatkan orang-orang yang beriman. Seperti yang difirmankan Allah SWT:

وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِي ۚ إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ .وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَنٌ

Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.  Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. [QS Al-Baqarah: 168-169]

Untuk lebih memahami Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah SWT, disarankan agar dapat membaca kitab-kitab tauhid yang membahas Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah SWT.

Pemahaman kita atas Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah SWT akan sangat berpengaruh terhadap keimanan atau keyakinan, dan akhlak kita kepada Allah SWT. Hal tersebut secara outomatis akan mempengaruhi cara kita dalam melaksanakan shalat. Contoh:

1. Allah Maha Besar (الله أَكْبَر )

Pada awal shalat kita mengucapkan takbir الله أَكْبَر . Dalam takbir itu kita menyatakan sifat Allah bahwa Allah Maha Besar. Maka sejak kita takbiratul ihram mengucapkan takbir, ditanamkan di hati kita bahwa kita sedang berhadapan dengan Allah SWT yang Maha Besar. Dan urusan dunia kita semuanya kecil dan tidak pantas dihadirkan dihadapan Allah SWT yang Maha Besar. Dan ini dipertegas oleh Nabi SAW dalam hadistnya:

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ

Artinya: Nabi SAW beliau bersabda“Kuncinya shalat adalah bersuci, sedangkan yang menjadikan pengharamannya (untuk mengerjakan amalan atau ucapan diluar shalat) adalah takbir (Takbiratul ihram) dan yang menghalalkannya (sebagai tanda selesainya shalat, dan bolehnya melakukan apa yang dilarang saat shalat) adalah salam.” 

2. Allah Maha Melihat ( البصير )

Untuk menghadirkan kekhusyu’an dalam shalat, kita harus menyadari bahwa selama shalat kita dilihat oleh Allah SWT. Jika kita menyadari shalat kita dilihat oleh Allah SWT, maka kita akan berusaha melakukan gerakan shalat dengan sebaik mungkin dan tidak akan terburu-buru. Ibarat seorang peserta lomba menari sedang dilihat dan dinilai oleh juri perlombaan. Maka peserta lomba akan berusaha membuat tariannya seindah mungkin agar bisa memenangkan perlombaan.

Merasa dilihat oleh Allah SWT pada saat beribadah disebut Ihsan. Seperti dijelaskan oleh Nabi SAW dalam hadist Jibril :

قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ الإِحْسَانِ. قَالَ « أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

Artinya : Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? ‘ Beliau menjawab, ‘Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu. (H.R. Muslim 102)

Allah mempunyai sifat melihat kepada orang yang sedang melaksanakan shalat.

وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ، فَإِذَا صَلَّيْتُمْ فَلَا تَلْتَفِتُوا فَإِنَّ اللَّهَ يَنْصِبُ وَجْهَهُ لِوَجْهِ عَبْدِهِ فِي صَلَاتِهِ مَا لَمْ يَلْتَفِتْ

Artinya: Sesungguhnya Allah memerintahkan shalat pada kalian. Bila kalian shalat, maka janganlah menoleh, karena Allah menghadapkankan wajah-Nya ke wajah hambaNya saat shalat, selama ia tidak menoleh [HR Tirmidzi No.2863, 2864]

3. Allah Maha Mendengar (السميع)

Untuk kekhusyu’an dalam shalat kita harus yakin dengan asma Allah As-Samii (Maha Mendengar). Kita harus yakin bahwa Allah SWT mendengarkan semua yang kita ucapkan

dalam bacaan shalat. Dengan keyakinan itu kita membacanya dengan penuh hormat dan ketundukan. Hal ini seperti yang kita ucapkan pada saat I’tidal :

سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

Artinya: Allah mendengar setiap hamba-hamba yang memujiNya.

Dari ketiga hal tersebut diatas  (الله أَكْبَر , البصير, السميع) maka kita memahami bahwa (1) Allah Maha Besar dan pada saat shalat semua urusan kita di dunia adalah kecil dan tidak pantas dibawa-bawa di hadapan Allah Yang Maha Besar. (2) Memahami bahwa ketika kita shalat, Allah SWT menghadapkan wajahnya ke wajah kita yang sedang shalat, sehingga malu jika dalam shalat kita tidak sungguh-sungguh dalam gerakan maupun dalam hati, karena Alah SWT melihat isi hati kita . (3) Memahami bahwa semua yang kita ucapkan bacaan shalat di dengar dengan baik oleh Allah SWT. Sehingga kita akan sungguh-sungguh dan tidak terburu-buru dalam memperdengarkan bacaan kita kepada Allah SWT.

Pemahaman kita pada Keesaan Asma dan Sifat Allah di atas, ditambah dengan kita mengenal Allah adalah Tuhan yang menciptakan segenap makhluk, Pemberi rezeki bagi setiap manusia, binatang dan makhluk lainnya, Penguasa alam dan Pengatur semesta, Dia yang menghidupkan dan mematikan, Dia yang mengangkat, menurunkan, memuliakan dan menghinakan, serta Mahakuasa atas segala sesuatu.  Allah SWT adalah Tuhan satu-satunya yang berhak disembah/diibadahi dengan benar sesuai syariat Islam dan tidak kepada selainnya. Ini menjadi modal besar dalam meraih kekhusyu’an dalam shalat.